Tiga hari pasca meluapnya sungai Bengawan Solo, aktivitas warga yang bermukim di sepanjang bantaran sungai berangsur normal. Terik matahri yang menyinari solo sepanjang selasa (21/6/) dimanfaatkan warga menjemur perabotan dan perlengkapan di halaman rumahnya.
“Tenda-tenda yang didirikan secara swadaya oleh warga di beberapa titik di tanggul bengawan solo sudah mulai dibongkar. Warga berangsur-angsur menempati rumahnya dan beraktivitas seperti sebelum banjir”, demikian terang Kordinator tim Update Data Terkini SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia (SAR MPA MI )Wely Lesmana di kampung Ngemplak, Kelurahan Gadingan.
Menurut Warga ngemplak Waluyo (67 th) banjir kali ini tergolong besar.
“Saya lahir di Kampung ini. Setelah banjir besar tahun 1966, 2007, banjir malam minggu kemarin termasuk besar. Rumah saya hampir hanya terlihat atapnya. Banjir terjadi karena air kiriman dari hulu dan meluapnya anak sungai Bengawan Solo”, cerita Waluyo yang ketika air bah datang mengungsikan keluarganya di tenda yang didirikan tepat di depan rumahnya yang hanya beberapa meter dari sungai Bengawan Solo.
Pemandangan serupa juga tampak di pemukiman warga tepi Kali Pepe Solo. “Di Sangkrah, Pucang Sawit, aktivitas warga juga mulai normal. Namun hendaknya warga yang bermukin di bantaran dan pinggiran anak Bengawan tetap waspada. Anomali bisa saja membuat hujan deras kembali turun”, lanjut Wely Lesmana yang merupakan anggota Mapala Univ. Muhammadiyah Yogyakarta.
Kali Pepe yang melintasi kota Solo merupakan salah satu anak sungai Bengawan Solo. Malam minggu lalu Kali Pepe meluap. Ratusan KK mengungsi karena rumahnya digenangi air dengan ketinggian yang bervariasi.