Rinanto : Saya Ingin Menjadi Pribadi yang Bermanfaat

Untuk ukuran postur mahasiswa, postur aktivis pecinta alam bernama Rinanto ini, tidak termasuk tinggi. Alias masuk kategori rata-rata. Tetapi soal aktivitas di kampus, Antok – demikian Rinanto akrab disapa – memilik jam terbang tinggi, alis diatas level rata-rata mahasiswa era kekinian.

Seolah tak ingin membuang waktu, sejak semester awal menimba ilmu di Ushuludin Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Antok langsung masuk Unit Tapak Suci UMS. Kemudian, pemuda asal desa Ujung Sari, Wonotunggal, Batang, Jawa Tengah ini, bergabung di  Hizbul Wathan (HW). Lalu ikut Malimpa.

Di Malimpa, prestasi anak pasangan Wajari dan Tarmunah ini termasuk mentereng. Tatkala masih anggota muda – posisi terbawah di jenjang keanggotaan Malimpa – Antok yang baru sekali mendaki gunung, yaitu Lawu, terpilih mewakili Malimpa mengikuti ekspedisi gabungan mendaki puncak gunung tertinggi di Indonesia, Cartensz Pyramid di Papua.

Untuk Malimpa, keinginan mengirim anggota ke puncak salju yang merupakan salah satu gunung  Sevent Summits dunia, telah dirintis sejak tahun 1992. Harapan tinggi itu baru terwujud dua puluh tahunan kemudian, ketika Antok berhasil berdiri gagah sambil mengibarkan bendera Malimpa di puncak buruan para pendaki dunia tersebut.

Sebagaimana laiknya pendaki hebat yang kian rendah hati usai mendaki gunung-gunung ekstrim, demikian halnya dengan anak tertua dari dua bersaudara ini.  Berhasil menggapai puncak  tertinggi, tidak lantas membuat Antok tinggi hati. Ia justru mengagumi para senior Malimpa-nya.

“Yang hebat bukan saya, tetapi para senior saya di Malimpa. Para senior yang sebagian besar belum saya kenal, berjuang habisa-habisan untuk saya, dan mempercayakan impian puluhan tahun mereka ke pundak saya. Tanpa mereka saya tidak akan berada di puncak Cartensz. Mereka yang lebih pantas dikagumi”, kata Antok

Pasca mendaki Cartensz,  Intensitas keaktifan Antok di Malimpa meningkat drastis. Tetapi aktivitasnya berlatih jurus – jurus indah bela diri dengan sesama pendekar muda tapak suci, dan mengasah kemampuan di organisasi kepanduan, tetap dijaganya dengan baik.

Aktif di tiga unit kegiatan mahasiswa secara serempak, bukan berarti hari-hari dalam hidup antok cuma berkutat seputar kuliah dan kegiatan mahasiswa. Antok juga harus bekerja paruh waktu untuk menafkahi hidup dan membiayai kuliahnya.

“Menjadi mahasiswa yang aktivis kampus dari keluarga ekonomi pas-pasan memang berat. Tetapi semua itu tidak membuat saya kehilangan semangat untuk menjadi pribadi yang bermanfaat”,  ujar Antok.

Agaknya ingin “Menjadi pribadi yang bermanfaat”, bukan sekedar semboyan hidup pemanis obrolannya. Antok benar-benar melakukannya dengan militansi tinggi. Atas dasar “Menjadi pribadi yang bermanfaat”, beberapa kali Antok harus pindah tempat kerja. Antok rela terseok-seok mencari kerja baru lantaran pekerjaan lama bentrok dengan jadwal kuliah dan kegiatannya di HW, Tapak Suci, dan Malimpa.

Usai menjadi Pengurus di Tapak Suci, dan Ketua Umum HW UMS, Antok terpilih menjadi Ketua Umum Malimpa. Lepas dari memimpin Malimpa, Antok menjadi pengurus BEM UMS. Pada saat yang sama, Antrok juga aktif di Vertical Rescue Indonesia.

Di organisasi yang dipimpin pemanjat tebing International Tedy Ixdiana ini, Antok dipercaya membawahi Vertical Rescue area Jateng DIY. Selain itu, Antok terpilih menjadi Pengurus Pusat HW. Antok juga sering menjadi narasumber aneka kegiatan mahasiswa atau lembaga-lembaga sosial di Solo dan sekitarnya. Pergaulan Antok luas. Temannya ada dimana-mana. Tetapi Antok tetap rendah hati.

Di era kepemimpinan Antok, Malimpa meraih banyak prestasi mengagumkan. Di era Antok pula, Malimpa menandatangani rekomendasi Jambore Malang 2013, tentang mendirikan SAR Mapala PTM.

“Dulu saya menandatangani rekomendasi Malang, sebagai Ketua Umum Malimpa. Makanya diawal berdirinya SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia (SARMMI), kendati sudah mantan Ketua Umum, saya langsung terlibat aktif”, kenang Antok.

“SARMMI adalah impian aktivis Mapala PTM sejak belasan tahun lalu. Saya merasa memiliki tanggung jawab moral untuk ikut bahu membahu mewujudkan impian lama itu”, papar Antok.

Hari Sabtu lalu (11/3). Antok Wisuda sebagai Sarjana Agama (S Ag) di UMS. Kepada beberapa pengurus SARMMI yang datang mengucapkan selamat, Antok mengatakan akan tetap mengurus SARMMI.

“Dengan lulus kuliah, saya bisa lebih leluasa mengurus SARMMI sebagai anggota Divisi Operasional. Selembar ijasah sarjana tidak akan membuat aktifitas kemanusiaan saya terhenti. Justru kian melebarkan kesempatan saya menjadi pribadi yang bermanfaat bagi siapapun”, ungkap Antok penuh semangat. (Fafa dan AS)