Seiring makin sering bencana alam terjadi di tanah air, kelompok masyarakat yang peduli terhadap korban bencana alam juga bertumbuhan. Saat ini yang datang ke lokasi bencana tak lagi didominasi oleh kalangan pecinta alam dan organisasi kerelawanan, jamaah-jamaah masjid di berbagai daerah kerap pula datang memberikan bantuan kemanusiaan. Seperti jamaah masjid Jogokariyan, Jogjakarta.
Masjid Jogokariyan sebenarnya “hanya” masjid kelas kampung. Tetapi reputasinya mendunia. Masjid yang dikelola warga Muhammadiyah di kampung Jogokariyan, Mantijeron, Jogja ini, bahkan dinobatkan oleh Kementerian Agama sebagai Masjid Percontohan Tingkat Nasional.
Reputasi mentereng ini didapat karena Masjid Jogokariyan memiliki manajemen yang baik sehingga dapat menderdayakan ekonomi warga, berhasil mengelola beasiswa, kartu sehat, dan mampu membantu korban bencana alam dan bencana sosial di Indonesia maupun di luar negeri.
“SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia (SARMMI) memberikan apresiasi tinggi terhadap aksi kemanusiaan yang dilakukan relawan dari masjid Jogokariyan di berbagai bencana alam seperti gunung kelud, banjir Garut, gempa di Pidie Jaya Aceh, longsor di Purworejo, dan di daerah lain. Relawan mereka juga datang ke Palestina dan Aleppo Syria, untuk membantu masyarakat terdampak bencana sosial yang terjadi disana,” demikian kata Pengarah (SC) SARMMI, Zulfahmi Sengaji, SE. MM, usai bertemu pengurus Masjid Jogokariyan di Jogjakarta (19/10)
Kedatangan Zulfahmi yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua 2 STIE Muhammadiyah Kalianda, dan Humas Masjid Agung Lampung Selatan, selain memberikan apresiasi, juga untuk memahami lebih detil manajemen masjid Jogokariyan. Pengetahuan manajemen masjid kata Zulfahmi diperlukan oleh anggota SARMMI.
Menurut Zulfahmi, sebagai ujung tombak Muhammadiyah di berbagai bencana alam di tanah air, anggota SARMMI kerap berkunjung ke masjid di daerah terpencil yang umumnya dikelola dengan pola lama. Majid hanya dimanfaatkan untuk sholat jamaah dan perayaan hari besar islam. Pola seperti itu tak lagi sesuai dengan jaman. Agar Masjid dapat berkembang sesuai jaman, manajemen masjid harus diperbaiki.
Dengan bekal pengetahuan managemen masjid kata Fahmi, anggota SARMMI dapat memberikan pencerahan kepada takmir masjid yang ia kunjungi. Sehingga masjid disana tak lagi cuma sebatas rumah ibadah, tetapi juga dapat berfungsi sebagai rumah solusi terhadap persoalan yang muncul di masyarakat. Baik persoalan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan bahkan kebencanaan. Bila masjid semarak oleh kegiatan sosial, masjid pasti akan ramai didatangi jamaah untuk menyelenggarakan kegiatan religius.
Pengetahuan managemen masjid akan menjadikan anggota SARMMI tak hanya terampil dalam mencari, mengevakuasi, dan menolong korban bencana alam, tetapi mampu pula memberikan solusi terhadap masalah klasik yang dialami oleh hampir semua masjid di Indonesia, yaitu sepi jamaah,” tutup Zulfahmi.