Seperti yang telah diprediksi, badai Siklon Dahlia benar-benar menghantam perairan Lampung, termasuk di bagian selatan. Ketinggian gelombang di Selat Sunda mencapai 5 meter dengan kecepatan angin 45 knot.
Badai yang menimbulkan cuaca ekstrem itu selain menyebabkan penyeberangan Bakauheni Lampung – Merak Banten ditutup, semua gubug di area wisata kuliner Desa Kunjir Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan yang didirikan di pinggir pantai roboh dihantam gelombang.
“Semua gubug disini roboh dan perabotan di dalamnya rusak parah. Untuk beberapa hari ke depan aktivitas ekonomi warga disini terhenti,” demikian terang komandan operasi SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia (SARMMI) Muhammad Iqbal di desa Kunjir.
Diterangkan pula oleh Iqbal, ia bersama 5 anggota timnya yang berasal Mapasanda STIE Muhammadiyah Kalianda Lampung Selatan, masing-masing Dedi Sarbela, Andi Sapriandi, Sofyan Oktarianto, Permas Dermawan, Wahyu Alfat, langsung menuju desa Kunjir beberapa saat setelah badai dahlia mulai mereda. (29/11)
“Sebagai garda depan Muhammadiyah di bencana alam, kami bergegas menuju lokasi bencana. Fokus tim SARMMI adalah melakukan penyisiran di semua gubug roboh untuk mencari korban jiwa. Setelah kami pastikan tidak ada korban jiwa, Tim SARMMI bersama warga setempat dan elemen lain membersihkan puing-puing di sepanjang area wisata kuliner desa Kunjir,” lanjut Iqbal.
Kendati badai mulai mereda, Iqbal berharap masyarakat yang bermukim di pinggir pantai tetap waspada dan nelayan jangan dulu melaut. Hal ini untuk mengantisipasi segala kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi di luar dugaan.
“Tim SARMMI juga tetap berjaga. Tim operasi siaga kami tempatkan di Sekretariat Mapasanda STIE Muhammadiyah Kalianda,” demikian kata Iqbal.