Open Recruitment

Catatan Relawan Gempa Dari Desa Gelap Gulita di Lombok Utara.

Sudah berapa hari kami di Segara Katon? Salah satu desa yg mengalami kerusakan parah karena gempa 7, 0 SR yg menghantam lombok beberapa hari lalu.

Apa aktivitas awal kami setiap harinya?

Dua pertanyaan itu bagi kami sangat tidak penting, karena itulah kami tidak pernah membahasnya, dan tak tertarik menjawab bila ada orang lain yg menanyakannya.

Desa Segara Katon yang berada di kec. Gangga, Lombok Utara, terdiri dari beberapa dusun. Satu diantaranya adalah dusun Persiapan Bulan Semu.

Di dusun itulah kami : SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia (SARMMI), dan HW Univ. Muhammadiyah Surakarta, mendirikan posko relawan.

Kendati _stay_ di Bulan semua, fokus area kami meliputi empat dusun di dua desa, tapi msh wilayah kec. Gangga.

Sebagai relawan garis depan (kami menyebutnya begitu), kami berada di daerah yang relatif sukar dijangkau, minim fasilitas memadai, lalu tinggal bersama warga di pengungsian dan membaur bersama mereka.

Tentu saja berada di tengah pusaran dampak bencana gempa, membuat kami paham penderitan para pengungsi yang kami dampingi.

Resikonya, kami makin bergairah mengedukasi, memotivasi, mengajak, dan menggerakan para pengungsi untuk mengatasi problem mereka.

Juga membuat kami makin militan bekerja untuk mereka — para pengungsi yg menganggap kami sebagai saudara dan kami juga menganggap mereka begitu.

Resiko-resiko itulah yg membuat kami _lali dino, lali tanggal, lali wes adus opo urung_.

Lupa hari, lupa tanggal, bahkan lupa kami sudah mandi apa belum.

Ternyata kisah “heroik” kami di dusun ini telah viral. Kami berterima kasih yg telah memviralkan.
Semoga kerja-kerja kemanusiaan kami disini, juga menjadi amal jariah anda. Aamiin.

Kabar baiknya — akibat viral itu — banyak pihak yang menghubungi kami karena tertarik serta ingin bergabung, dan menanyakan syarat-syaratnya.

Kepada yang bertanya, kami senantiasa memberikan jawaban seragam.

Kami _welcome banget_ Jika ada yang ingin bergabung.

Anda tidak usah mengajukan surat lamaran. Apalagi menyodorkan surat cinta. Kami juga tidak akan mengadakan seleksi dalam bentuk apapun.

Syarat bergabung bersama kami menjadi relawan garis depan _(front line)_ sangat mudah, tetapi sedikit gila. Anda cukup memiliki keberanian.

Keberanian yang kami maksud adalah :

Berani datang dan pulang dengan ongkos sendiri.

Berani tidak mandi berhari-hari.

Berani banyak kerja sedikit tidur.

Berani lapar namun tetap terlihat segar waras penuh kemakmuran.

Berani duluan menyapa warga tanpa melontarkan rayuan gombal.

Berani melontarkan gagasan dan gotong royong melaksanakannya.

Dan setelah disini : berani bertanya tentang keberanian unik lainnya yang patut dimiliki oleh relawan garis depan selama mendampingi pengungsi.

Tentu saja setelah mendengar “syarat & ketentuan nyeleneh” itu, para pelamar tertawa pada awalnya, lalu tawanya mulai mengendur tatkala mendengar,
“Berani tidak digaji. Kami juga tidak ada yang digaji.”

Tawa mengendur para pelamar tentu bukan gejala bahwa mereka mundur sebelum tempur.

Ada yang benar-benar serius bin nekad mau gabung bersama kami.

“Oke mas brow.. bila sudah di kota Mataram, saya naik apa ke lokasi?”

Karena kami tak hapal rute, kami cuma bisa menjawabnya praktis namun menuntaskan masalah pelik.

“Kami ada teman baik di kota Mataram, dia orang lombok dan bersedia mengantarmu ke lokasi.”

Hanya itu jawaban kami. Tak ada lainnya. Tidak ada pula nasehat tambahan yang bernuansa religius seperti,
“Hati-hati di jalan. Semoga selamat sampai tujuan. Semoga Tuhan besertamu”

Orang yang mau bergabung bersama kami, tentu memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.

Kecerdasan itulah yang membuat mereka selalu bersama Tuhan, dan Tuhan selalu bersama mereka.

_(Ahyar Stone. Kord. Posko relawan)_