Salua, Desa Yang Di Intai Tiga Bencana Sekaligus

Alat berat dikerahkan untuk membuka jalan yang tertutup longsor

Pasca gempa ini, semestinya pemerintah memberi perhatian ekstra terhadap warga desa Salua, kecamatan Kulawi, Sigi.

Desa Salua dikelilingi oleh empat sungai yang berpotensi banjir.

Sungai itu adalah Miu, Salua, Mope dan Momi.
Dua sungai terakhir, letaknya bersebehan.

Saat gempa 7, 7 yang terjadi akhir September lalu, bukit-bukit di muara empat sungai diatas, longsor. Bukit-bukit di sepanjang tepi jalan menuju desa Salua juga mengalami hal yang sama.

Sekarang, bila turun hujan, longsoran kembali terjadi. Material longsoran tak cuma tanah, pasir dan batu seukuran sepeda motor. Tetapi juga pohon-pohon besar.

Kumpulan material itu dapat menyebabkan banjir bandang.

Banjir bandang pernah menghantam desa Salua. Tepatnya tiga hari pasca gempa. Yang meluap adalah sungai Salua yang letaknya bersebelahan dengan rumah-rumah warga desa Salua.

Lantaran itulah, bila warga kampung lain hanya trauma gempa, warga desa Salua mengalami tiga trauma sekaligus yakni gempa, longsor, dan trauma banjir bandang.

Seperti Sabtu lalu (20/10). Siangnya cuaca di desa Salua cukup cerah. Tetapi menjelang sore, cuaca mulai tak bersahabat. Hujan deras turun.

Warga Salua mulai waspada tingkat tinggi.

Memasuki malam, sikap waspada berubah menjadi kepanikan massal warga desa Salua.

Sungai Salua yang letaknya di gerbang desa Salua dan sungai Momi yang berada di ujung desa Salua, sama-sama meluap.

Suara banjir menderu-deru, dan sesekali menggelegar. Membuat siapa saja yang mendengarnya bergidik ngeri.

Di tengah guyuran hujan deras, wanita, anak-anak, lansia dan orang sakit mulai diungsikan ke dekat masjid desa Salua yang letaknya cukup tinggi, sehingga dimungkinkan selamat dari jangkauan bila banjir bandang benar-benar menerjang desa Salua.

Sambil mengungsikan dan menenangkan warga, relawan SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia (SARMMI) dan mitra sinerginya serta pemuda desa Salua, mengawasi debit sungai dan keliling desa mengantisipasi segala kemungkinan buruk.

Desa Salua adalah titik dimana SARMMI dan mitra sinerginya _focus area_ . Yakni mendirikan posko kemanusiaan, tinggal dan membaur bersama warga korban bencana. Untuk mendampingi mereka agar selekasnya bangkit dari keterpurukan pasca gempa.

Mitra sinergi SARMMI adalah Mapala UMY, Mapala Stacia, Mapalamu Luwuk Banggai, Mapala UMSU, Mapala Unmuha,  Hiwata UM Palu, Relawan Batara Guru Luwu Timur, Sapta Pala Jakarta , Toms. Co Mataram, Waskita Karya.

“Jangankan hujan deras seperti sekarang. Ada gerimis saja, warga sudah panik. Kuatir ada longsor dan banjir,” kata kepala desa Salua kepada para relawan.

Kami berharap, lanjut kepala desa Salua, pasca gempa ini Pemerintah memberi kami perhatian lebih, karena desa Salua masih diintai bencana longsor yang dapat membuat desa Salua terisolir, serta banjir yang berpotensi merendam desa Salua.

“Warga daerah lain mungkin hanya kuatir gempa susulan. Sedangkan di desa Salua selain kuatir gempa susulan, masih kuatir muncul banjir dan longsor. Tiga bencana yang bisa saja terjadi bersamaan,” demikian kata kepala desa Salua. (Ahyar Stone/SARMMI)

Gedung Mts ini roboh kena gempa. Lalu dihantam banjir sungai Salua.
Jembatan Sungai Salua merupakan gerbang masuk desa Salua.