
Sigi, Sulteng(22/10/2018), Langit di atas desa Salua, terlihat cerah.(21/10) Warga tampal sibuk membereskan sisa banjir yang kemarin mengahantam desa yang terletak di kecamatan Kulawi, Sigi.
Memanfatkan situasi cerah, tujuh orang relawan yang berasal dari SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia (SARMMI), Mapala UMSU, Hiwata UM Palu, dan dari Sapta Pala Jakarta, berangkat ke perbukitan di sebelah timur desa Salua untuk memeriksa saluran pipa air bersih yang kemarin dipasang.
Desa Salua yang dihuni 1250 jiwa itu, adalah lokasi SARMMI dan mitra sinerginya focus area di operasi kemanusiaan gempa Palu, Sigi, Donggala.
Selain tiga organisasi pecinta alam diatas, mitra sinergi SARMMI lainnya di desa Salua adalah Mapala Unmuha, Mapala UMSU, Mapalamu Luwuk Banggai, Sapta Pala Jakarta, Stacia UMJ, Mapala UMY, relawan Batara Guru Luwu Timur, Kokam Makasar, Toms. Co Mataram. Waskita Karya.
Memulihkan jaringan air bersih yang hancur karena gempa di desa Salua, adalah salah satu agenda yang dikerjakan SARMMI dan mitra sinerginya pada operasi kemanusiaan ini.

Untuk sampai ke lokasi pipa terpasang, bak penampung, dan mata air, para relawan tadi menyeberangi sungai Salua yang letaknya di ujung timur dusun Salua.
Pipa yang dipasang melintas di atas sungai Salua, tak ada yang rusak.
Posisi pipa yang tinggi karena digantung dengan sling baja, menyelamatkan pipa-pipa ini dari sambaran ombak banjir sungai Salua.
Lepas dari sungai, tim relawan memasuki area perbukitan coklat warga, dan terus ke atas menyeberangi anak sungai Salua, hingga sampai ke air terjun yang sisi kanan kirinya sudah penuh oleh sekian ton batu longsoran.
Setelah menyelesaikan pengecekan yang hasilnya banyak pipa rusak diterjang longsoran baru, tim turun menuju desa Salua. Tempat dimana relawan SARMMI dan mitra sinerginya mendirikan posko relawan, dan hidup membaur bersama warga korban bencana.
Di saat yang sama, warga desa Salua mulai cemas.
Langit di sebelah timur sana sudah gelap.
Itu mendung tebal yang berpotensi menurunkan hujan sangat deras.
Awan tebal adalah alarm alami warga desa Salua.
Bila hujan deras datang menerpa, itu adalah malapetaka bagi warga desa Salua.
Kewaspadaan kian ditingkatkan.
Meski waspada tingkat tinggi, sebagian warga masih sibuk membersihkan lumpur, batu, dahan-dahan pohon di jalan dan di rumah mereka.
Benda-benda itu adalah bawaan banjir kemarin.

Sementara itu, tim relawan tadi tak melihat awan mendung yang mengancam. Kanopi hutan lindung dan aneka pohon tinggi di kebun warga, menghalangi pandangan ke atas mereka.
Memasuki pinggir sungai Salua, tim relawan mendengar suara bergemuruh yang dahsyat.
Spontan mereka menengok ke arah hilir. Tetapi karena sungainya menikung, mereka tak melihat apa-apa. Debit air sungai juga tidak berubah saat tadi siang mereka melintas.
Kemudian, satu persatu mereka menyeberangi sungai Salua. Suara gemuruh tadi kian menakutkan.
Tak dinyana, saat anggota terakhir hampir sampai di seberang sungai, malapetaka itu datang.
Suara gemuruh tadi berubah menjadi batu-batu seukuran sepeda motor dan pohon-pohon besar. Benda-benda ini didorong lumpur pekat, pasir dan air bah.
Kepala banjir kiriman tinggal berjarak sekitar 20 meter dari anggota terakhir melintas sungai tadi.
Jarak itu kian dekat dan terus mendekat. Kecepatan banjir ini pasti tak berbeda jauh dengan kecepatan sepeda motor di sirkuit balap.
Tiba-tiba.. hop.. ia melompat sekuat tenaga ke pinggir sungai.
Ia selamat.
Padahal terlambat beberapa detik saja, pastilah tanpa ampun ia diseret banjir menuju sorga.
Sejurus kemudian, semua anggota tim berlarian masuk ke desa Salua sambil berteriak sekencang-kencangnya.
“Banjir…banjiir…!!”
Mendengar teriakan, semua warga yang bermukim di dekat sungai Salua, spontan berlari terbirit-birit sambil menarik anak-anak dan anggota keluarga mereka.
Teriakan banjir..banjiir.. lari..lariii…mengungsiii.. menjadi teriakan massal warga Salua.
Dalam sekejap area dekat sungai Salua, sudah kosong dari warga.
Air bah dengan leluasa menerjang apa saja yang di depannya.

Akibat dihantam banjir. Jembatan kokoh ini bergeser sekitar satu meter.
Lumpur tebal material banjir, mendangkalkan dasar sungai. Ini membuat air kian naik. Beberapa rumah warga mulai terendam lumpur tebal bercampur air keruh.
Pohon-pohon besar yang dibawa banjir mulai menyangkut di jembatan sungai Salua.
Jembatan ini adalah semacam gerbang masuk ke desa Salua dari arah Sigi.
Saluran di bawah jembatan tersumbat pohon-pohon besar. Air kian meluber ke segala arah. Air ini juga membawa batu-batu besar.
Situasi buruk itu berlangsung beberapa jam.
Setelah banjir menakutkan diperkirakan mulai berkurang, relawan SARMMI dan mitra sinerginya, serta lelaki dewasa warga desa Salua, mulai mendekati sungai sambil keliling area terdampak banjir.
Didapat kesimpulan : awal banjir ada warga yang hanyut tetapi bisa menyelamatkan diri.
Tidak ada korban jiwa. Beberapa warga cedera ringan. Beberapa rumah yang sudah dihajar gempa, tambah rusak dihantam banjir.
Lumpur masuk ke banyak rumah warga dan gedung Mts. Tingginya dari semata kaki hingga selutut orang dewasa.
Jembatan sungai Salua bergeser satu meter dari posisi semula.
Diatas jembatan dan sekitarnya, penuh oleh batu besar, pohon besar, dan lumpur tebal yang pekat.
Dengan demikian, kendaraan bermotor belum bisa lewat.
Malam ini desa Salua kembali terisolir. Terputus dari dunia luar.(Ahyar Stone)