Masjid Darurat dan Berkah Dibalik Bencana

Relawan kemanusiaan yang focus area di desa Salua, bersama imam besar pengurus masjid Al Hidayah

“Selalu ada berkah di balik bencana”. Kata-kata ini tepat benar disematkan pada warga desa Salua yang bersama relawan kemanusiaan sedang membangun masjid darurat Al Hidayah Salua.

Desa Salua berada di kecamatan Kulawi. Sigi. Secara geografis, desa Salua dibagi menjadi tiga dusun.

Saat gempa 7, 7 menggoyang Sulawesi Tengah akhir September lalu, desa yang dihuni oleh 1250 jiwa itu, mengalami kerusakan parah.

Yang hancur antara lain empat gereja, dan masjid Al Hidayah.

Meski memiliki gereja lebih banyak, mayoritas warga Salua menganut Islam.

Kebanyakan umat Nasrani bermukim di dusun satu, sebagian di dusun dua. Empat gereja tadi terkonsentrasi disini.

warga desa Salua memenuhi tiap saf di masjid darurat Al Hidayah.

Sedangkan dusun tiga yang merupakan dusun terpadat di desa Salua, hampir semua penduduknya menganut Islam. Penduduk dusun dua, sebagian juga memeluk Islam.

Masjid Al Hidayah yang merupakan satu-satunya rumah ibadah umat Islam Salua, didirikan di dusun dua.

Didirikan disana karena posisi dusun dua, tepat berada di tengah-tengah desa Salua.

Letak masjid Al Hidayah di pinggir jalan raya yang membelah desa Salua.

Masjid Al Hidayah desa Salua yang hancur karena gempa

Jalan ini adalah akses dari Sigi ke pusat kecamatan Kulawi. Atau sebaliknya.

Pasca gempa, umat Nasrani dan umat Islam di desa Salua, sama-sama mendirikan rumah ibadah darurat.

Hanya saja pembangunan masjid Al Hidayah, sempat mengalami kendala.

Kayu-kayu bekas masjid Al Hidayah, rupanya tak mencukupi untuk mendirikan masjid darurat yang kokoh dan anti gempa susulan.

Masjid darurat dibangun disebelah masjid Al Hidayah

Pembangunannya pun, sempat sejenak terhenti karena desa Salua dihantam banjir besar.

Banjir besar terjadi di sungai Salua yang berada di dusun tiga.

Meski begitu, warga di dusun satu dan dua, juga dilanda kepanikan luar biasa.

Mereka, selain kuatir luapan air sungai Salua menjangkau dusun mereka, juga panik karena tiga sungai lain yang mengurung desa Salua, debitnya airnya naik.

Semua warga desa Salua, memang pantas dilanda kepanikan luar biasa. Dalam lima tahun terakhir, banjir kali ini adalah yang paling dahsyat.

Material banjir tak cuma air kotor dan kerikil. Tetapi juga lumpur yang berasal dari longsoran bukit di kawasan hulu sungai, batu-batu besar, serta pohon-pohon tua berukuran besar.

Kayu-kayu berserakan dibawa banjir sungai Salua

Pohon-pohon itu banyak yang menyangkut di jembatan sungai Salua.

Akibatnya, laju air bah terhambat.

Situasi itu membuat lumpur tebal meluber hingga ke bagian dalam rumah-rumah warga.
Batu-batu besar berserakan di jembatan dan di jalan aspal sekitar jembatan.

Esoknya, usai banjir, warga desa Salua serta relawan kemanusiaan yang focus area di desa Salua, gotong royong membersihkan onggokan material banjir di jembatan Salua dan jalanan di sekitarnya.

Pengerjaan dibantu oleh instansi pemerintah dan aparat keamanan.

Disinilah, “Berkah di balik bencana”, itu muncul.

Menurut imam besar masjid Al Hidayah, pohon-pohon besar yang menyangkut di jembatan, dan yang berserakan di pinggir sungai Salua, memiliki kualitas kayu yang baik.

“Jumlahnya pun, melebihi keperluan untuk membangun masjid darurat,” kata imam besar yang memiliki keahlian di bidang pertukangan.

Tingkat kualitas kayu, lanjut imam besar, akan membuat masjid darurat bertahan hingga tiga tahun.

Bila dalam tiga tahun, warga sudah mampu mendirikan masjid permanen, seluruh kayu itu dapat digunakan.

Untuk membelah pohon hingga menjadi papan, kasau dan tiang, relawan kemanusiaan membantu pembiayaan tukang potong kayu gergaji mesin.

Untuk mempercepat pembangunan masjid darurat, dan kelancaran ibadah disana, relawan kemanusiaan membantu pula pengadaan paku berbagai ukuran, gerinda, mukena dewasa, al Qur’an, Iqra, serta satu set lengkap pengeras suara.

Kini, masjid darurat telah selesai dibangun. (27/10)

Kumandang azan kembali memenuhi jagad desa Salua.

Warga dari segala usia, berbondong-bondong memenuhi panggilanNya.

Lalu, berbaris rapi di tiap-tiap saf dalam masjid darurat untuk menyembahNya.

Usai itu, kedua tangan mereka menengadah ke langit. Sambil berucap lirih, “Selalu ada berkah di tiap bencana. Terima kasih Allah”. (*)

By : Ahyar Stone / SARMMI.

**
Relawan Kemanusian :
SARMMI. Mapala Unmuha. Mapala UMSU. Stacia UMJ. Mapala UMY. Mapalamu Luwuk Banggai. Hiwata UM Palu. Sapta Pala Jakarta. Batara Guru Luwu Timur. Toms. Co Mataram. Waskita Karya Divisi 6 Palembang.