Desa Weiwerang Mulai Kondusif, Relawan SARMMI dan Relawan Sinerginya Bergeser ke Desa Sagu Flores Timur

Setelah kondisi desa Weiwerang dan Weiburak mulai kondusif, relawan kemanusiaan SARMMI (SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia) bersama relawan CAMP STIE Muhammadiyah Jakarta yakni Irchamsyah dan dua relawan Mamupa IKIP Muhammadiyah Maumere yang masing-masing adalah Andi Agil Rehan Illahi dan Zainal Alichsan Fuad, pindah lokasi guna mendampingi warga desa Sagu, kecamatan Adonara Timur, kabupaten Flores Timur.

Seperti halnya desa Weiwerang dan Weiburak, desa Sagu juga mengalami kerusakan berarti lantaran diterjang banjir bandang efek dari siklon tropis seroja yang terjadi di NTT beberapa waktu lalu. Jarak desa Weiwerang ke desa Sagu berkisar satu setengah jam perjalanan darat. Melintasi jalan aspal yang rusak beberapa bagian lantaran banjir bandang. Akses tunggal itulah yang dilalui relawan tadi bergeser dari desa Weiwerang ke desa Sagu.

“Relawan dan bantuan yang masuk ke Weiwerang dan Weiburak sudah banyak. Dampak bencana banjir di sana sudah tertangani walaupun belum semuanya. Kami pindah posko ke desa Sagu karena di desa ini belum ada relawan yang tinggal, bantuan masuk masih minim dan kerusakan infrastruktur belum banyak disentuh,” kata ketua relawan SARMMI Al Ghifari. (15/4/2021)

Sementara itu ketua Mamupa Andi Agil Rehan Illahi menambahkan, usai mendirikan posko kemanusiaan, relawan gabungan ini akan mendistribusikan kebutuhan dasar pengungsi seperti sembako, menyingkirkan puing-puing, menghidupkan kegiatan keagamaan warga yang terhenti karena banjir, edukasi kebencanaan serta menyelenggarakan psikososial untuk kelompok rentan, utamanya anak-anak.

“Anak-anak di sini masih trauma. Setiap ada hujan mereka langsung panik. Harapan kami dengan adanya psikososial, psikologis anak-anak ini segera pulih ke kondisi seperti sebelum terjadi banjir. Anak-anak merupakan generasi bangsa kita. Itulah kenapa target utama psikososial adalah mereka,” jelas Andi Agil.

Sedangkan untuk memulai menghidupkan kegiatan keagamaan warga desa Sagu lanjut Andi Agil, masih terkendala dengan sulitnya pengadaan Al Qur an dan Juz Amma. Untuk membersihkan puing-puing juga terkendala belum adanya alat berat.

Senada dengan Andi Agil, relawan CAMP Irchamsyah menambahkan, warga sangat membutuhkan alat berat untuk membersihkan puing-puing rumah yang rusak karena banjir, dan menyingkirkan puing dari jalan desa. Jalan perlu dibebaskan dari puing karena mengganggu perekonomian warga.

“Sembilan puluh lima persen warga desa Sagu berprofesi nelayan. Sekarang mereka sudah mulai melaut. Jalan harus dibebaskan dari puing agar mereka kembali lancar menjual hasil tangkapannya. Agar ekonomi desa Sagu pulih. Tapi pemerintah belum mengirim alat berat. Padahal kepala desa Sagu sudah mengajukan permohonan ke pemerintah,” pungkas Irchamsyah. (AS)