Relawan Mapala Muhammadiyah Selenggarakan Psikososial Untuk Anak-anak Korban Banjir di Flores Timur

Sejak Relawan SARMMI (SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia) dan CAMP STIE Muhammadiyah Jakarta serta Mamupa Muhammadiyah Maumere mendirikan posko kemanusiaan di desa Sagu kecamatan Adonara Timur, kabupaten Flores Timur, bantuan yang masuk ke desa yang dihuni oleh 980 KK ini mulai mengalir. Salah satunya bantuan dari Forum Komunitas Driver Onlien Indonesia (FKDOI).

Tiap bantuan yang masuk dipilah-pilah menurut jenisnya, lantas didistribusikan langsung ke korban banjir di desa Sagu.

“Usai dipilah langsung dipacking, lalu dibagikan ke warga korban banjir. Bantuan tidak ditumpuk lama di posko. Tidak sampai sehari bantuan sudah sampai ke tangan warga,” kata Irchamsyah, relawan dari CAMP. (17/4/2021)

Irchamsyah menambahkan, warga desa Sagu ada yang berdiam di bukit-bukit, dan sebagian di pesisir. Bantuan lebih banyak didistribusikan ke daerah pesisir karena mayoritas korban banjir akibat siklon tropis seroja adalah warga yang berdomisili di pesisir.

Pendistrbusian bantuan dibantu kepala desa Sagu dan para pemuda. “Pak Kades dan pemuda juga terlibat aktif mengurus posko kemanusiaan,” terang Irchamsyah.

Selain mendistribusikan bantuan berupa bahan pangan, kegiatan posko yang diinisiasi oleh tiga Mapala Muhammadiyah adalah menyelenggarakan psikososial, edukasi kebencanaan dan pembelajaran cara efektif mengelola sampah. Tiga kegiatan ini digabung menjadi satu sesi yang menarik sehingga anak-anak korban banjir semangat mengikutinya hingga usai.

“Kami menyajikan fun game yang menyenangkan serta menyampaikan materi psikososial, edukasi kebencanaan dan penanganan sampah melalui story telling yang menghibur. Meski demikian kami perlu mengulangnya beberapa kali lagi di hari lain. Agar trauma anak-anak ini benar-benar berkurang drastis,” kata relawan Mamupa Zainal Alichsan Fuad.

“Usai kegiatan lapangan, anak-anak kami sertakan pula pada acara buka puasa bersama, sholat maghrib berjamaah dan taraweh bersama orang dewasa. Kegiatan keagamaan juga efektif sebagai sarana psikososial. Bagusnya lagi, semangat warga desa Sagu untuk beribadah juga baik,” pungkas Zainal. (M. Aris/ WI KP Jogjakarta)