Author: mapala

SARMMI Bersama Associação Gerhana Akan Selenggarakan Webinar Internasional Cara Mengelola Posko Kemanusiaan dan Manajemen Operasi SAR

SARMMI (SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia) dan organisasi pecinta alam Gerhana dari Timor Leste atau Associação Gerhana Explora no Prezerva Natureza, akan menyelenggarakan Webinar Internasional seri kedua. Pelaksanaannya pada hari minggu 17 Oktober 2021.

Peserta Webinar Internasional berasal dari beberapa organisasi pecinta alam di Indonesia dan semua organisasi pecinta alam di negara Timor Leste. Baik organisasi pecinta alam dari dalam kampus maupun dari luar kampus.

Webinar Internasional akan disampaikan dalam bahasa Indonesia, dan bahasa Portugis yang merupakan bahasa nasional di negara Timor Leste.

Menurut Sekretaris Umum SARMMI, Rinanto, thema yang diusung pada Webinar Internasional seri kedua, berkisar pada cara mengelola posko kemanusiaan di lokasi bencana, serta manajemen operasi SAR. Narasumbernya adalah dua figur berpengalaman dari SARMMI yakni Slamet Widodo dan Ahyar Stone.

“Dua orang narasumber adalah ketua umum dan sekretaris umum SARMMI periode pertama. Mereka telah berkali-kali terjun ke lokasi bencana di daerah terisolir dan terpencil yang menjadi ciri khas operasi SARMMI di kebencanaan,” terang Rinanto usai memimpin rapat pengurus SARMMI di Jakarta. (12/9/2021)

Ditambahkan oleh Rinanto, Webinar Internasional seri kedua rencananya dibuka secara resmi oleh ketua PP Muhammadiyah, Dahlan Rais. “Sambutan pak Dahlan Rais juga akan langsung diterjemahkan ke bahasa Portugis,” katanya.

Sementara itu Antoninho dos Santos Oliveira, ketua umum Associação Gerhana-Explora no Prezerva Natureza mengatakan, pelaksanaan Webinar Internasional merupakan realisasi pendampingan jangka panjang SARMMI pada organisasi pecinta alam yang dipimpinnya.

“Webinar Internasional adalah realisasi kedua SARMMI mendampingi Associação Gerhana untuk mengembangkan kegiatan pecinta alam dan membantu Associação Gerhana mempelopori berdirinya organisasi SAR di Timor Leste,” kata Antoninho.

Meski demikian lanjut Antoninho, peserta Webinar Internasional dari Timor Leste tak cuma anggota Associação Gerhana. Tetapi semua pecinta alam di Timor Leste.

“Dibuka untuk umum agar materi Webinar menyebar luas di Timor Leste dan manfaatnya dapat dirasakan oleh banyak pihak,” tutup Antoninho. (*)

(Ahyar Stone Mapala UMY/SARMMI & Rani Puspina Mapala UMRI/SARMMI)

SARMMI Sediakan Makan Siang Gratis Untuk Umum

Menebar kebaikan berupa makan siang tatkala masyarakat stay at home akibat corona, merupakan tindakan mulia.

Meski begitu, berbagi kebaikan yang serupa ketika masyarakat mulai beraktifitas keluar rumah, juga perbuatan yang sama mulianya.

Gairah berbagi kebaikan memang harus terus digelorakan, tak boleh berhenti karena perubaan situasi pandemi.

Semangat itulah yang diusung SARMMI (SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia) saat menggelar makan siang gratis di sekretariat SARMMI yang berada di tepi jalan Dr. Wahidin No. 15 Kota Solo, Jawa Tengah, Rabu, 6 Oktober 2021.

Diterangkan oleh Sriyono, kordinator makan siang gratis SARMMI, kendati pembatasan kegiatan dan jaga jarak masih diberlakukan di kota Solo, orang yang keluar rumah untuk beraktifitas sudah banyak. Tetapi kemampuan finansial tiap orang berbeda-beda.

“Itulah yang membuat SARMMI menyelenggarakan makan siang gratis untuk masyarakat umum. Bukan untuk kalangan level ekonomi tertentu,” kata Sriyono.

Makan siang gratis yang disediaan berupa nasi pulen aroma pandan yang menggoda. Lalu masakan khas Solo oseng-oseng yang bumbunya sangat terasa, ditambah telur dadar dicampur rempah yang gurih.

Pelengkapnya adalah sambal yang tak terlalu pedas, serta satu plastik rambak yang renyah saat digigit.
Rambak adalah sejenis kerupuk paling popular di kota Solo.

“Makan siang kami sajikan dalam bentuk prasmanan. Ini juga cara untuk tetap menjaga jarak tetapi interaksi akrab kami dengan yang orang datang makan tetap berlangsung,” katanya.

Makan siang gratis lanjut Sriyono, diagendakan berlangsung tiap hari rabu. Lokasinya di halaman sekretariat SARMMI kota Solo. “Tapi menu makan siang mendatang bakal lebih variatif dan jumlahnya lebih banyak,” terangnya.
(*)

(Ahyar Stone & Rani Puspina)

Tokoh Muhammadiyah Apresiasi SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia (SARMMI) Yang Mendampingi Pecinta Alam di Timor Leste

Ormas terbesar di Indonesia Muhammadiyah, kembali menunjukan kiprah Internasionalnya. Kali ini melalui Mapala (Mahasiswa Pecinta alam) yang bergabung di SARMMI (SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia), yang melakukan pendampingan jangka panjang bidang pecinta alam dan kegiatan kemanusiaan pada organisasi pecinta alam Gerhana di Timor Leste yang bernama Associação Gerhana-Explora no Prezerva Natureza, Timor Leste.

Terhadap pendampingan SARMMI, tokoh Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Bambang Setiaji, Ms. Mengakui apresiatif dan mendukung.

Apresiasi disampaikannya saat membuka Webinar Internasional yang mengupas pecinta alam sebagai pendidikan karakter di era milenial. Webinar diikuti oleh Mapala dari berbagai kota di Indonesia serta pecinta alam di Timor Leste yang merupakan target utama kegiatan. (25/9/2021)

Webinar Internasional diselenggarakan oleh SARMMI dan Associação Gerhana. Kegiatan ini adalah realisasi perdana SARMMI mendampingi Associação Gerhana guna mengembangkan kegiatan pecinta alam dan mempelopori berdirinya kegiatan SAR di Timor Leste.

Bagi Prof. Bambang yang merupakan ketua Dewan Pembina SARMMI, adalah langkah tepat bagi Associação Gerhana menggandeng SARMMI sebagai pendamping. Bakal banyak pengetahuan penting dan pengalaman berharga yang dapat dipetik.

“SARMMI ini organisasi SAR yang tangguh dan mandiri. Meski tidak dibantu pemerintah tetapi daya juang SARMMI di lokasi bencana sangat tinggi. Pengalaman panjang SARMMI terjun ke lokasi bencana di berbagai daerah Indonesia, dapat dijadikan sebagai bahan belajar bagi pecinta alam di Timor Leste,” katanya.

Prof. Bambang juga berharap agar Webinar Internasional ini bermanfaat secara luas dan memotivasi. “Harapan saya, pendampingan SARMMI dapat memicu semangat saudara-saaudara di Timor Leste untuk beraktivitas di bidang kemanusiaan dan pecinta alam,” demikian kata Prof. Bambang. (*)(Ahyar Stone Mapala UMY/ Rani Puspina Mapala UMRI/SARMMI)

Menguatkan Hubungan Baik Indonesia-Timor Leste Melalui Kegiatan Pecinta Alam

Hubungan bilateral umumnya terjalin melalui jalur diplomatikdua negara. Lewat kesepakatan ekspor impor, atau dari perjanjian hutang piutang. Apa mungkin ditambah melalui jalur kegiatan pecinta alam?

Tentu saja itu mungkin. Menariknya, inilah yang sekarang terjadi dan akan terus menerus dilakukan oleh SARMMI (SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia) bersama organisasi pecinta alam dari Timor Leste yang lengkapnya bernama Associação GERHANA-Explora no Prezerva Natureza, Timor-Leste.

Untuk diketahui, SARMMI merupakan organisasi skala nasionalyang bergerak di bidang kemanusiaan. Anggota SARMMI adalah Mapala di perguruan tinggi Muhammadiyah se Indonesia.

Lantaran itulah, SARMMI — baik secara kelembagaan maupun individu personilnya — dikenal mumpuni di bidang pecinta alam, serta memiliki kemampuan dan jumlah pengalaman terjun ke daerah bencana di atas rata-rata. Terutama di lokasi bencana yang terisolir dan terpencil.

Sementara Associação GERHANA-Explora no Prezerva Natureza adalah salah satu dari sedikit organisasi pecinta alam di negara Timor Leste.

Karena di sana bahasa Indonesia bukan bahasa nasional, makafrase GERHANA di sini bukan seperti pemahaman orang Indonesia sebagai “gerhana bulan”. Melainkan bermakna organisasi pecinta alam, karena GERHANA adalah akronim bahasa Portugis dari kata Geração Hadomi Natureza. Artinya generasi pecinta alam.

Diceritakan oleh ketua umum (mereka menyebutnya presiden) Associação GERHANA, Antoninho dos Santos Oliveira, saat ini jumlah organisasi pecinta alam di Timor Leste masih bisa dihitung dengan jari dua tangan. Alias tak lebih dari sepuluh. Level kemampuannya pun kalah jauh dari pecinta alam di Indonesia yang jumlah organisasi pecinta alamnya sudah dua ribu lebih.

Meski kalah level dan jeblok dijumlah, tak lantas membuat para aktivis pecinta alam di negara yang bernama resmi República Democrática de Timor-Leste (bahasa Portugis) mati langkah.

Melalui organisasi GERHANA, aktivis pecinta alam di negarayang dalam bahasa Tetum disebut Timór Lorosa’e itu proaktif meningkatkan kemampuan personilnya, mempopulerkan kegiatan pecinta alam di Timor Leste, serta menjalin kekerabatan dengan SARMMI.

Tiga upaya keras itu mereka lakukan secara simultan atau serempak, karena seperti diakui Antoninho, kalau kemampuan anggota GERHANA meningkat dan kegiatan pecinta alam kian popular, tentu bakal tambah banyak generasi muda di Timor Leste yang masuk organisasi pecinta alam. Ini kabar bagus untuk orang-orang di Timor Leste.

“Semakin banyak pecinta alam tentu banyak sisi baiknya. Baik bagi kemajuan pecinta alam itu sendiri, dan baik untuk masyarakat luas. Karena pecinta alam adalah media yang tepat untuk melahirkan generasi muda berkarakter positif. Tipikal generasi semacam ini diperlukan guna membangun Timor Leste pada masa kini dan mendatang,” ungkap Antoninho. (23/9/2021)

“Tentu kami tak bisa kerja sendirian. Perlu pendampingan dari SARMMI yang lebih berpengalaman di bidang pecinta alam dan kegiatan kemanusiaan,” ujar Antoninho.

“Di Timor Leste organisasi SAR belum ada. Dengan didampingiSARMMI kami berupaya jadi pelopor SAR di Timor Leste. Pendampingan ini juga bakal menguatkan hubungan baik Timor Leste dan Indonesia,” lanjutnya.

Sependapat dengan Antoninho, ketua umum SARMMI Adri Hendra Febriansyah yang dihubungi terpisah mengatakan, pilinan kerja sama SARMMI dengan GERHANA akan langsung berdampak pada kuatnya hubungan baik dua negara.

“Hubungan baik antar negara justru tambah menguat karena interaksi interpersonal antar warganya dan kerja sama organisasidari negara berbeda yang bergerak di bidang yang sama,” kata Adri Hendra.

Dipahami oleh Adri Hendra yang juga anggota Stacia Univ. Muhammadiyah Jakarta, kuantitas dan kualitas pecinta alam di Timor Leste memang berbeda jauh dibanding di Indonesia.

Perbedaan itu wajar, karena umur pecinta alam di Indonesia sudah setengah abad lebih, sedangkan pecinta alam di Timor Leste mulai ada awal tahun 2000.

Tapi perbedaan ini tidaklah penting benar.

“Kalau bicara tentang pecinta alam maka yang lebih pokokdikupas adalah tentang human resources yang dihasilkan sebagai output organisasi pecinta alam sebagai lembaga penghasil sumber daya manusia berkarakter positif, sertamanfaat-manfaat yang disumbangkan pecinta alam kemasyarakat luas dan bangsanya,” urai Adri Hendra.

Atas dasar itulah lanjut Adri Hendra, SARMMI bakalsepenuhnya mendampingi GERHANA.

Pendampingan bersifat kerja sama jangka panjang. Dimulaidengan menyelenggarakan International Webinario atauWebinar Internasional.

Thema webinar seri perdana nanti adalah mengupas pecinta alam pada era milenial. Diselenggarakan sabtu 25 September 2021.

Yang menjadi narasumber International Webinario ungkap Adri Hendra adalah Ahyar Stone dan Fadlik Al Iman. Posisi moderator dipegang Tia Septiani. Tiga orang ini pengurus pusat SARMMI yang lain jabatan.

Tia Septiyani menjabat Sekretaris SARMMI. Tia berasal dari Mapala CAMP STIEM Jakarta. Fadlik merupakan ketua SARMMI bidang Komunikasi dan Informasi. Ia adalah anggota istimewa Stacia Univ. Muhammadiyah Jakarta.

Sedangkan Ahyar menjabat anggota dewan pengarah SARMMI. Ia anggota luar biasa Mapala Univ. Muhammadiyah Yogyakarta. Selain dikenal sebagai direktur Wartapala KP Yogyakarta, Ahyarjuga penulis buku Pecinta Alam adalah Pendidikan Karakter.

Terhadap International Webinario seri perdana, Antoninho menceritakan anggota GERHANA sangat antusias hendak mengikutinya. Selama ini mereka hanya belajar sendiri, sekarang malah didampingi SARMMI. Tentu bakal banyak pengetahuan baru yang bakal direngkuh sekaligus meningkatman capacity dan talent mereka.

Respon anak-anak muda di Timor Leste terhadap acara ini rupanya juga oke. Tatkala International Webinario dipublikasikan yang bertepatan dengan rekruitmen anggota baru GERHANA, banyak anak muda yang langsung mendaftar jadi anggota GERHANA.

Acara itu juga menaikan gairah para aktivis pecinta alam di Timor Leste guna menata pecinta alam di negaranya agar lebih kondusif.

Sementara itu, beberapa anggota GERHANA mengakui Internasional Webinario merupakan momen istimewa. Kata mereka, kami tidak menyangka bakal bertemu SARMMI. Lantas menimba ilmu dan jadi akrab dengan pecinta alam dari Indonesia.

Seorang dari mereka berkata dengan riang, “Este é um momentoespecial. Esperançosamente, um dia nos encontraremos direitacom os membros do SARMMI

Terjemahannya, “Ini momen istimewa. Semoga suatu saat kami bertemu langsung dengan anggota SARMMI.”

(Ahyar Stone/Rani Puspina)


 

SARMMI dan GERHANA Timor Leste Akan Selenggarakan Webinar Internasional Pecinta Alam

 

Sampai hari ini jumlah organisasi pecinta alam di Timor Leste belum banyak. Masih dapat dihitung dengan jari. Kegiatannya juga minim. Perlengkapan dan peralatan masih jauh dari lengkap. Wawasan dan keterampilan masih terbatas. Padahal peran pecinta alam sangat diperlukan guna membangun generasi muda tangguh di Timor Leste. Demikian kata Antoninho dos Santos Oliveira, ketua umum Associação GERHANA-Explora no Prezerva Natureza, Timor-Leste, saat menyampaikan sambutan pada rapat bersama denganPengurus Pusat SARMMI (SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia).  Rapat diselenggarakan secara meeting zoom pada 20 September 2021.

Nama organisasi yang dipimpin Antoninho bila diterjemahkan bebas dalam bahasa Indonesia adalah GERHANA Organisasi Pecinta Alam Timor Leste. Pada rapat yang menghubungkan dua organisasi pecinta alam dari dua negara bertetangga, Antoninho didampingi jajaran pengurus GERHANA yakni Ermelinda, Dwi Novi Lestari, Leonia Alves de Gloria, Vitalina Maria Flavia, Liliana Freitas, Julia Sequiera Mendes, serta Nove Letter.

Diterangkan oleh Antoninho, potensi bencana alam di Timor Leste tergolong banyak dan sering terjadi. Namun lembaga SAR dan organiasasi yang bergerak di bidang relawan bencana belum ada. Setiap ada bencana alam, anggota GERHANA langsung kelokasi bencana. Tetapi karena masih banyak keterbatasan, anggota GERHANA kerap kewalahan.

“Untuk itulah kami perlu pendampingan dari SARMMI,” pintaAntoninho.

Senada dengan Antoninho, kaprodi GERHANA Dwi Novi Lestari menceritakan, aktivitas GERHANA tergolong padat. Selain rutin menyelenggarakan kegiatan internal untukmeningkatkan kualitas anggota. Memberikan edukasi kepadapara pendaki di Timor Leste tentang larangan membuang sampah dan memetik bunga Eidelweiss. GERHANA juga senantiasa siaga bencana, serta secara berkala melakukan pengawalan bagi ribuan umat katolik yang berziarah ke gunung-gunung tertentu di Timor Leste.

“Umat yang melakukan ziarah, sebagian lanjut usia. Sedangkanmedan yang harus mereka daki tergolong ekstrim, banyak ularberbisa,suhunya dingin dan hujan kerap turun secara tiba-tiba,” ujar Dwi Novi.

“Kami memiliki tanggung jawab besar terhadap keselamatan umat yang berziarah, serta korban bencana alam di Timor Leste. Melalui kegiatan pecinta alam, kami juga ingin berperan aktifmelahirkan generasi muda yang berkarakter untuk membangunmasa depan negara kami,” paparnya.

Merespon motivasi kuat GERHANA untuk memajukan kegiatanpecinta alam, serta menjadi pelopor berdirinya SAR dankerelawanan di Timor Leste, ketua umum SARMMI, Adri Hendra Febriansyah menyatakan SARMMI bersedia melakukanpendampingan.

Tiga belas orang Pengurus Pusat SARMMI yang menyertai Adri Hendra pada zoom meeting yakni Muh. Alfatih, Slamet Widodo, Aris Munandar, Ade Putra Ode Amane, Fadlik Al Iman, Rinanto, Ahyar Stone, Fafa, Ilham, Tia Septyani, Lita Chaniago, serta Rani Puspina, juga mendukung kebijakan SARMMI melakukan pendampingan.

Menurut Adri Hendra, mendampingi GERHANA merupakanbentuk tanggung jawab sosial SARMMI agar aktivitas pecintaalam tambah berkualitas dan bermanfaat. Juga komitmen SARMMI terhadap masalah kemanusiaan.

“SARMMI akan totalitas, karena pendampingan tersebut merupakan kontribusi SARMMI dalam membangun kegiatan kemanusiaan SAR dan kerelawanan di Timor Leste,” tegas Adri Hendra.

Untuk merealiasaikan, SARMMI dan GERHANA sepakatmenyelenggarakan beberapa kali Webinar Internsional secaraserial. Tiap seri, topik yang disampaikan berbeda, namun tetapbersambungan dengan seri lainnya. Materi tiap webinar akan dibahas bersama-sama.

Sebagai langkah awal, GERHANA dan SARMMI sepakatmenyelenggarakan Webinar Internasional yang akandilaksanakan pada 25 September 2021. Bertindak sebagai narasumber adalah dua personil SARMMI yakni Ahyar Stone dan Fadlik Al Iman.

Ahyar Stone adalah anggota Dewan Pengarah SARMMI. Anggota Luar Biasa Mapala UMY. Ia juga menjabat Direktur Wartapala Indonesia KP Yogyakarta. Judul materi akan disampaikannya adalah“Pecinta Alam : Apa & Bagaimana”

Sedangkan Fadlik Al Iman merupakan ketua SARMMI Bidang Komunikasi dan Informasi. Anggota Luar Biasa Stacia UMJ.  Fadlik akan menyampaikan materi berjudul “Manifesto Kode Etik Pecinta Alam Pada Era Milenial”

Baik pihak Gerhana maupun SARMMI, sama-sama berharapWebinar Internasional ini sukses, serta memperkuat hubungan bilateral Indonesia dan Timor Leste. (AS dan Rani Puspina)

MAPASANDA STIEM KALIANDA SELENGGARAKAN WEBINAR PECINTA ALAM SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER

Sampai hari ini masih ada kalangan di Perguruan Tinggi yang berpendapat bahwa kegiatan Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam) bertentangan dengan kegiatan akademik mahasiswa. Pendapat seperti ini perlu diluruskan, karena kegiatan Mapala sejatinya justru mendukung perkuliahan.

Demikian kata Direktur Wartapala KP Yogyakarta, Ahyar Stone, saat menyampaikan materi “Pecinta Alam Sebagai Media Pendidikan Karakter” pada webinar yang diselenggarakan oleh Mapasanda STIE Muhammadiyah Kalianda, Lampung Selatan. (11/9/2021).

Selain diikuti oleh anggota baru dan jajaran pengurusMapasanda, turut pula sebagai peserta webinar adalah beberapadosen dan staf bidang kemahasiswaan STIEM Muhammadiyah, serta beberapa Mapala dari Jakarta, Solo dan Maumere NTT.

Diuraikan oleh Ahyar, kuliah adalah bentuk belajar dalam kelas atau in door school untuk mengembangkan kecerdasan intelektual, IQ. Sedangkan kegiatan Mapala adalah bentukbelajar di luar ruangan atau out door school yang berfungsi mengembangkan kecerdasan emosional, EQ.

“Dengan demikian,” tandas Ahyar yang juga anggota luar biasa Mapala UMY, “Kegiatan Mapala dengan perkuliahan, bukan merupakan dua kegiatan yang kontradiktif atau bertentangan. Melainkan berkorelasi, bersinergi, bahkan saling menguatkan.

Meski begitu, Ahyar yang merupakan penulis buku “Pecinta Alam Adalah Pendidikan Karakter,” tidak menampik jika kegiatan Mapala memang mengandung resiko tinggi atau berbahaya. Namun, menurutnya resiko tinggi ini justru penting dimiliki oleh kegiatan Mapala sekaligus untuk membedakan dengan aktivitas lain yang diselenggarakan mahasiswa bukan pecinta alam.

“Kegiatan Mapala memang berbahaya, karena bahaya adalah komponen terpenting bagi kegiatan pecinta alam. Tanpa adanya unsur bahaya, kegiatan Mapala tak akan berbeda dengan kegiatan-kegiatan lain. Unsur bahaya itulah yang justru membuat anggota Mapala tumbuh menjadi pribadi yang memiliki karakter yang kuat seperti tangguh, berani, cekatan dan sebagainya,” terang Ahyar.

“Karena sudah terbiasa berhadapan dengan resiko, makaanggota Mapala juga terlatih mengambil keputusan penting di saat kritis atau dalam situasi genting. Pelajaran seperti ini tidak pernah diajarkan di bangku kuliah. Tingkat kompetensi interpersonal anggota Mapala memang lebih tinggi dibanding mahasiswa bukan anggota Mapala,” paparnya.

Lebih jauh Ahyar mengurai, pendidikan karakter merupakan saah satu program prioritas pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Disebutkan dalam Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025, karakter merupakan hasil dari keterpaduan empat bagian atau empat pilar pendidikan karakter yaitu olah hati, olah pikir, olah raga dan olahrasa.

“Pendidikan karakter tidak hanya mengajarkan mana yang benardan mana yang salah. Tetapi juga menanamkan kebiasaan atau habit  tentang yang baik, sehingga peserta didik paham tentang yang baik, mampu merasakan tentang yang baik, serta yang lebih penting lagi adalah mau melakukan kebaikan,” urainya.

Implementasi pendidikan karakter di Perguruan Tinggi jelas Ahyar, dimasukkan ke dalam kegiatan kemahasiswaan di Unit Kegiatan Mahasiswa(UKM). Fungsi UKM adalah sebagai lembaga pengkaderan guna menghasilkan SDM yang berkarakter. Umumnya UKM berada di satu atau dua pilarpendidikan karakter. Uniknya Mapala justru sekaligus berada di empat pilar pendidikan karakter. Hal ini terlihat pula darikegiatan Mapala yang lebih beragam dibanding UKM lain.

“Mapala berada sekaligus di empat bagian pendidikan karakter merupakan amanah Kodek Etik Pecinta Alam Indonesia. Lantaran berada di empat pilar pendidikan karakter, makaMapala merupakan media pendidikan karakter yang sangat baik. Hasilnyapun sudah terlihat, karakter dan tingkat kompetensiinterpersonal anggota Mapala lebih tinggi dibanding mahasiswayang bukan anggota Mapala,” demikian tegas Ahyar.

Sementara itu, mantan Ketua Umum SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia (SARMMI) Slamet Widodo, yang tampil pada sesi kedua webinar Mapasanda menambahkan, Unit Kegiatan Mapala selain untuk membangun karakter positifanggotanya, juga mampu melahirkan figur berkualitas di bidangyang ia tekuni saat aktif di Mapala.

“Ada yang dulu hobi panjat tebing, sekarang jadi atlit nasionalpanjat dinding. Ada pula yang dulunya hobi mendaki gunung, sekarang menjadi operator pendakian, fasilitator out bond, tour guide, menjadi produsen peralatan out door dan sebagainya. Ada pula yang tatkala di Mapala aktif memotret dan menulis, sekarang menjadi jurnalis alam bebas,” ujar Slamet.

“Pokoknya kegiatan Mapala itu, selain menyenangkan dan menantang, juga menawarkan masa depan yang beragam. Apalagi bila kita lihat fakta kekinian, kegiatan alam bebassenantiasa menunjukkan trend ke depan, tambah berkembangdan peminatnya terus bertambah,” pungkasnya. (Rani Puspina/Mapala UMRI)

Milad ke 38: Mapala UMY Siap Mendaki Aconcagua di Argentina

Meski telah memiliki prestasi hingga tingkat Internasional, Mapala UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) tetap merasa harus meraih prestasi-prestasi baru termasuk menuntaskan pendakian ke tujuh puncak tertinggi di tujuh benua yang popular disebut Seven Summits.

Demikian kata Ketua Umum Mapala UMY Putra Rahayu Nadi saat menyampaikan sambutan pada acara Milad Mapala UMY ke 38 yang diselenggarakan di kampus UMY. Selain dihadiri oleh anggota Mapala UMY lintas generasi, pada acara yang menerapkan protokol kesehatan itu hadir pula utusan Mapala di Jogjakarta, Solo dan Semarang. (5/5/2021)

“Milad Mapala UMY kali ini adalah momentum emas kami untuk memulai melakukan segala persiapan guna mendaki gunung Aconcagua di Argentina. Aconcagua adalah puncak ketiga di sirkuit Seven Summits dunia yang akan digapai Mapala UMY. Sebelumnya Mapala UMY telah sukses mendaki gunung Elbrus di Rusia dan gunung Kilimanjaro di Tanzania,” terang Putra Nadi.

Pada acara yang dimeriahkan oleh unit musik mahasiswa UMY yang menampilkan genre musik, rock, pop dan reggae, Putra Nadi menjelaskan pula kendati Mapala UMY telah berpengalaman mendaki dua gunung yang masing-masing tertinggi di benua Eropa dan benua Afrika, tetapi pada pendakian ke Aconcagua nanti, Mapala UMY tetap perlu melakukan persiapan terbaik dan strategis, karena gunung Aconcagua yang merupakan puncak tertinggi di benua Amerika Latin, memiliki karakteristik unik yang cuacanya sulit diprediksi.

“Kami serius mempersiapkan diri, karena Mapala UMY menyadari pula bahwa pendakian ke Aconcagua bukan sekedar mewakili organisasi yang telah berusia 38 tahun ini, tetapi mewakili pula civitas akademika UMY, warga Muhammadiyah secara keseluruhan, menjadi representasi pecinta alam di tanah air, serta merupakan duta bangsa di mata Internasional dan di kancah pendakian kelas dunia,” tegas Putra Nadi.

Sementara itu pendiri Mapala UMY Rozi Amin pada sambutannya menjelaskan, kesuksesan Mapala UMY mendaki gunung Elbrus serta gunung Kilimanjaro, dan sekarang akan memulai langkah menuju gunung Aconcagua adalah bukti nyata silaturahmi dari generasi terdahulu hingga generasi sekarang sangat solid di Mapala UMY.

“Tepat pada 5 Mei tiga puluh delapan tahun lalu, saya bersama empat belas mahasiswa UMY kala itu dan didampingi seorang senior Mapala Unisi, mendeklarasikan berdirinya Mapala UMY di puncak gunung Lawu. Modal mendirikan UMY hanya semangat membara dan tekad yang kuat untuk membesarkan organisasi yang tidak memiliki apa-apa ini,” ungkap Rozi Amin.

Seiring berjalannya waktu ungkap Rozi Amin yang pernah menjabat Anggota DPRD Provinsi DIY, “Mapala UMY kian besar, berkembang dan tambah maju. Hal ini dapat dilihat dari kehadiran Mapala UMY di setiap lokasi bencana alam di tanah air, aktivitas Mapala UMY di ranah intelektual, peran aktif Mapala UMY pada pendakian level Internasional guna mewakili bangsa Indonesia, dan masih banyak lagi.”

Kendati demikian pesan Rozi Amin pada penerusnya, hendaknya aktivitas perkuliahan dan aktivitasnya mengikuti kegiatan di Mapala UMY harus dijalankan seimbang sesuai porsinya. “Agar kalian menjadi sarjana yang baik dan menjadi pecinta alam yang baik pada saat bersamaan,” pungkasnya.
(Rani Puspina)

Bocah Desa Sagu Korban Banjir NTT: “Terima Kasih Kakak Mapala”

Mata indah Hasan, Rasul, Alfat dan Zain terlihat berbinar. Senyum penuh semangat tak pernah lepas dari wajah polos mereka yang berwarna kecoklatan khas kulit orang pesisir. Mereka bersama belasan bocah lucu lainnya adalah peserta psikososial yang diselenggarakan oleh relawan Mapala Muhammadiyah yang mendirikan posko kemanusiaan di desa mereka yang bernama desa Sagu, kecamatan Adonara Timur, kabupaten Flores Timur, NTT.

Posko kemanusiaan tadi diinisiasi oleh Al Ghifari dari SARMMI (SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia) bersama Irchamsyah dari CAMP STIEM Jakarta, serta Andi Agil dan Zainal Alichsan dari Mamupa IKIP Muhamamdiyah Maumere.

Beberapa hari usai posko kemanusiaan didirikan, bergabung dua relawan Batara Guru Rescue Luwu Timur yakni Mustamun dan Taufik Syam, serta empat relawan dari IAIN Palopo yang masing-masing Jacky Talib, Ishak, Bayu Imam dan Ilham Andi.

Desa Sagu yang berpenduduk 980 KK, sebagian wilayahnya berada di pesisir dan beberapa bukit yang berada tak jauh dari garis pantai. Di dua tempat itulah warga desa Sagu bermukim.

Desa Sagu yang mayoritas warganya berprofesi nelayan, semula merupakan pemukiman elok nan tenang. Tetapi banjir bandang yang disebabkan oleh siklon tropis seroja yang mengganas di wilayah NTT, membuat desa Sagu beserta sekian banyak desa lain di NTT serta-merta berantakan. Sejumlah rumah roboh dan hanyut, longsor terjadi di banyak tempat, ekonomi sempat lumpuh dan bocah-bocah mengalami trauma yang perlu pemulihan segera.

“Sejak hari pertama mendampingi warga desa Sagu, anak-anak sudah kami prioritaskan. Mereka mengalami trauma pasca banjir bandang. Ada sekian materi psikososial untuk mereka. Kami selenggarakan berulang-ulang selama beberapa hari. Materi untuk hari ini adalah Ice breaking, game tradisional dan permainan mewarnai,” kata ketua relawan SARMMI Al Ghifari. (19/4/2021)

Semua materi jelas Al Ghifari mengandung edukasi, diselenggarakan dengan gembira, serta melibatkan peran aktif tiap anak-anak yang mengikuti psikososial. Melihat semangat peserta psikososial, Al Ghifari beserta semua rekan relawannya optimis trauma bocah-bocah yang mereka sayangi ini dapat segera pulih.

Semangat Hasan, Rasul, Alfat, Zain beserta belasan teman seusianya patut diapresiasi. Tiap selesai mengikuti sebuah materi psikososial, mereka akan mengikuti materi berikutnya dengan semangat yang sama seperti yang mereka tunjukkan pada materi sebelumnya. Juga dengan kegembiraan yang sama.

“Terima kasih kakak Mapala.” Begitu ucapan riang para bocah bersemangat itu usai mengikuti materi dari relawan yang mendampingi mereka. Ucapan sederhana yang polos, sekaligus menyiratkan ketulusan yang menggugah nurani siapa saja yang mendengarnya.

Bocah-bocah itu hatinya memang baik. Saat tak ada kegiatan untuknya, mereka bermain di sekitar posko kemanusiaan yang letaknya hanya beberapa meter dari laut yang ombaknya tidak ganas. Bila mendapati relawan sedang sibuk mengatur bantuan untuk warga desa Sagu, para bocah ini langsung reaksi cepat membantu — padahal tidak diminta. Ada yang menghitung mie instan. Ada yang memasukan beras ke plastik. Sebagian menyingkirkan kardus. Beberapa bocah berebut mengangkat bantuan yang sudah dikemas lalu menghitungnya — walaupun sering salah jumlah karena terhitung dobel. Seru. Juga lucu.

“Apel jatuh tak jauh dari pohon.” Begitu pesan sebuah pepatah kuno. Mudah dipastikan, sikap baik hati pada bocah itu merupakan warisan langsung dari orang tua mereka. Orang-orang lugu yang bersahaja. Terhadap ini Irchamsyah dari CAMP dan Andi Agil Mamupa memiliki pengalaman sukar dilupa.

“Tiap bertemu warga sini, mereka mengajak mampir ke rumahnya. Padahal tahu sendirilah kondisi rumah mereka pasca banjir. Mereka sangat senang saat kami bertandang. Padahal kami tidak membawa apa-apa saat mampir,” kata Irchamsyah.

Andi Agil bertutur, “Warga selalu memperhatikan kami. Menanyakan kesehatan kami. Tiap hari ada saja warga yang mengajak berbuka puasa di rumahnya. Ajakan mereka sungguh-sungguh. Bahkan kalau malam, ada warga datang ke posko dan meminta kami tidur di masjid Muchlisin Sagu. Agar kami tak kedinginan, karena posko kami tak berdinding sehingga angin laut bebas masuk tanpa penghalang.”

Begitulah warga desa Sagu. Bencana banjir yang meluapi desa mereka tak membuat sikap baik hati mereka ikut hanyut terbawa air bah. Mereka tetap peduli, bahkan kepada para relawan yang datang justru karena peduli pada nasib mengenaskan mereka.
(Ahyar Stone / SARMMI. Mapala UMY. Wartapala Jogja)

Relawan Mapala Muhammadiyah Selenggarakan Psikososial Untuk Anak-anak Korban Banjir di Flores Timur

Sejak Relawan SARMMI (SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia) dan CAMP STIE Muhammadiyah Jakarta serta Mamupa Muhammadiyah Maumere mendirikan posko kemanusiaan di desa Sagu kecamatan Adonara Timur, kabupaten Flores Timur, bantuan yang masuk ke desa yang dihuni oleh 980 KK ini mulai mengalir. Salah satunya bantuan dari Forum Komunitas Driver Onlien Indonesia (FKDOI).

Tiap bantuan yang masuk dipilah-pilah menurut jenisnya, lantas didistribusikan langsung ke korban banjir di desa Sagu.

“Usai dipilah langsung dipacking, lalu dibagikan ke warga korban banjir. Bantuan tidak ditumpuk lama di posko. Tidak sampai sehari bantuan sudah sampai ke tangan warga,” kata Irchamsyah, relawan dari CAMP. (17/4/2021)

Irchamsyah menambahkan, warga desa Sagu ada yang berdiam di bukit-bukit, dan sebagian di pesisir. Bantuan lebih banyak didistribusikan ke daerah pesisir karena mayoritas korban banjir akibat siklon tropis seroja adalah warga yang berdomisili di pesisir.

Pendistrbusian bantuan dibantu kepala desa Sagu dan para pemuda. “Pak Kades dan pemuda juga terlibat aktif mengurus posko kemanusiaan,” terang Irchamsyah.

Selain mendistribusikan bantuan berupa bahan pangan, kegiatan posko yang diinisiasi oleh tiga Mapala Muhammadiyah adalah menyelenggarakan psikososial, edukasi kebencanaan dan pembelajaran cara efektif mengelola sampah. Tiga kegiatan ini digabung menjadi satu sesi yang menarik sehingga anak-anak korban banjir semangat mengikutinya hingga usai.

“Kami menyajikan fun game yang menyenangkan serta menyampaikan materi psikososial, edukasi kebencanaan dan penanganan sampah melalui story telling yang menghibur. Meski demikian kami perlu mengulangnya beberapa kali lagi di hari lain. Agar trauma anak-anak ini benar-benar berkurang drastis,” kata relawan Mamupa Zainal Alichsan Fuad.

“Usai kegiatan lapangan, anak-anak kami sertakan pula pada acara buka puasa bersama, sholat maghrib berjamaah dan taraweh bersama orang dewasa. Kegiatan keagamaan juga efektif sebagai sarana psikososial. Bagusnya lagi, semangat warga desa Sagu untuk beribadah juga baik,” pungkas Zainal. (M. Aris/ WI KP Jogjakarta)

Desa Weiwerang Mulai Kondusif, Relawan SARMMI dan Relawan Sinerginya Bergeser ke Desa Sagu Flores Timur

Setelah kondisi desa Weiwerang dan Weiburak mulai kondusif, relawan kemanusiaan SARMMI (SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia) bersama relawan CAMP STIE Muhammadiyah Jakarta yakni Irchamsyah dan dua relawan Mamupa IKIP Muhammadiyah Maumere yang masing-masing adalah Andi Agil Rehan Illahi dan Zainal Alichsan Fuad, pindah lokasi guna mendampingi warga desa Sagu, kecamatan Adonara Timur, kabupaten Flores Timur.

Seperti halnya desa Weiwerang dan Weiburak, desa Sagu juga mengalami kerusakan berarti lantaran diterjang banjir bandang efek dari siklon tropis seroja yang terjadi di NTT beberapa waktu lalu. Jarak desa Weiwerang ke desa Sagu berkisar satu setengah jam perjalanan darat. Melintasi jalan aspal yang rusak beberapa bagian lantaran banjir bandang. Akses tunggal itulah yang dilalui relawan tadi bergeser dari desa Weiwerang ke desa Sagu.

“Relawan dan bantuan yang masuk ke Weiwerang dan Weiburak sudah banyak. Dampak bencana banjir di sana sudah tertangani walaupun belum semuanya. Kami pindah posko ke desa Sagu karena di desa ini belum ada relawan yang tinggal, bantuan masuk masih minim dan kerusakan infrastruktur belum banyak disentuh,” kata ketua relawan SARMMI Al Ghifari. (15/4/2021)

Sementara itu ketua Mamupa Andi Agil Rehan Illahi menambahkan, usai mendirikan posko kemanusiaan, relawan gabungan ini akan mendistribusikan kebutuhan dasar pengungsi seperti sembako, menyingkirkan puing-puing, menghidupkan kegiatan keagamaan warga yang terhenti karena banjir, edukasi kebencanaan serta menyelenggarakan psikososial untuk kelompok rentan, utamanya anak-anak.

“Anak-anak di sini masih trauma. Setiap ada hujan mereka langsung panik. Harapan kami dengan adanya psikososial, psikologis anak-anak ini segera pulih ke kondisi seperti sebelum terjadi banjir. Anak-anak merupakan generasi bangsa kita. Itulah kenapa target utama psikososial adalah mereka,” jelas Andi Agil.

Sedangkan untuk memulai menghidupkan kegiatan keagamaan warga desa Sagu lanjut Andi Agil, masih terkendala dengan sulitnya pengadaan Al Qur an dan Juz Amma. Untuk membersihkan puing-puing juga terkendala belum adanya alat berat.

Senada dengan Andi Agil, relawan CAMP Irchamsyah menambahkan, warga sangat membutuhkan alat berat untuk membersihkan puing-puing rumah yang rusak karena banjir, dan menyingkirkan puing dari jalan desa. Jalan perlu dibebaskan dari puing karena mengganggu perekonomian warga.

“Sembilan puluh lima persen warga desa Sagu berprofesi nelayan. Sekarang mereka sudah mulai melaut. Jalan harus dibebaskan dari puing agar mereka kembali lancar menjual hasil tangkapannya. Agar ekonomi desa Sagu pulih. Tapi pemerintah belum mengirim alat berat. Padahal kepala desa Sagu sudah mengajukan permohonan ke pemerintah,” pungkas Irchamsyah. (AS)


 

Relawan SARMMI dan Relawan IKIP UM Menjalankan Puasa di Lokasi Banjir NTT

Bulan ramadhan bukan halangan relawan kemanusiaan untuk ke lokasi bencana. Puasa justru meningkatkan motivasi relawan untuk menebar ke baikan, membantu korban bencana di Adonara Timur.

Begitulah kata Al Ghifari, ketua operasi kemanusiaan SARMMI (SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia) untuk NTT, usai mengikuti rapat kordinasi bersama relawan dari IKIP Muhammadiyah Maumere (UM), yang diselenggarakan di Weiwerang, kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, NTT. (15/4/2021)

Al Ghifari menceritakan, di Weiwerang relawan SARMMI bersinergi dengan relawan dari CAMP STIE Muhamadiyah Jakarta, serta relawan dari IKIP Muhammadiyah Maumere yang berasal dari unsur Presma, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Mamupa.

Di Weiwerang para relawan ini mendirikan posko kemanusiaan guna melakukan pendampingan warga korban banjir yang berada di Weiwerang dan Weiburak. Banjir ini disebabkan oleh siklon tropis seroja.

Bersinergi pula di posko kemanusiaan tadi adalah IPM Nangahure, IPM Semamers dan Remas Al Hikmah.

“Tiap sore kami buka puasa bersama, lalu taraweh. Kemudian sahur bersama. Paginya kami melakukan kerja kemanusiaan untuk warga terdampak banjir,” lanjut Al Ghifari.

Untuk efektifitas, relawan kemanusiaan dipecah menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama membantu warga membersihkan puing-puing yang berserakan di banyak tempat di desa Weiwerang.

Kelompok kedua membantu membersihkan mushola Mujahidin di komplek Koramil.

Sedangkan kelompok ketiga gotong royong bersama warga Weiburak membersihkan puing-puing.

Tiap kelompok yang lebih dulu menyelesaikan pekerjaan, akan bergeser membantu kelompok lain. Hingga semuanya tuntas.

“Disamping melakukan bersih-bersih, para relawan juga mendistibusikan kebutuhan dasar korban banjir berupa beras, air bersih, pakaian dan masih banyak lagi” jelas Al Ghifari.

Sementara Erni Rukimini, salah seorang perintis Mahupa yang dihubungi terpisah mengatakan, semua relawan berkeinginan agar kehidupan warga terdampak banjir segera pulih seperti sedia kala.

“Keinginan itu ditunjukkan dengan bekerja all out di lapangan. Lapar dan haus karena puasa, bukan penghalang bagi mereka untuk membantu sesama,” pungkasnya. (AS)

Tanggul Dua Sungai Jebol, SARMMI dan Stacia Evakuasi Korban Menggunakan Perahu Karet

 

Mengenaskan benar nasib warga desa Lenggahsari kecamatan Cabangbungin, Bekasi. Tanggul sungai Citarum dan tanggul sungai Ciherang jebol bersamaan. Sebanyak 17 RT dari sejumlah RT di desa Lenggahsari sontak terendam air setinggi pinggang orang dewasa. Ribuan warga mengungsi dalam kondisi basah tanpa bahan pangan memadai.

Demikian kata relawan kemanusiaan Stacia Univ. Muhammadiyah Jakarta, Tasol Agus Tersiantoro yang datang ke desa Lenggahsari bersama tiga anggota Stacia yakni Rifay Singgih. M. Junaedi, Nurdin Leasy serta relawan kemanusiaan SARMMI (SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia) dan tim dari PKD Mapala se-Jabodetabek (24/2/21)

“Sampai di sana kami bergabung ke posko kemanusiaan warga di masjid At Taqwa desa Lenggahsari, lalu melakukan water rescue untuk mengevakuasi warga menggunakan perahu karet yang kami bawa,” kata Tasol.

Evakuasi warga jelas Tasol, dilakukan berulang-ulang dari pagi hingga menjelang gelap. Warga dijemput dari rumah mereka yang terendam banjir lalu diangkut ke camp pengungsian di masjid At Taqwa.

Selain evakuasi mereka juga mendistribusikan kebutuhan dasar pengungsi yang diambil di desa Jaya Sakti.

“Untuk mengambil bahan pangan dan obat-obatan dari desa Jaya Sakti, kami naik perahu karet sejauh satu kilometer melintasi medan-medan banjir,” ujar Tasol.

Sementara itu dihubungi terpisah, ketua tim operasi kemanusiaan SARMMI untuk desa Lenggahsari, Seprian Nur Hidayatullah mengungkap, hingga hari kelima pasca banjir, perhatian pemerintah dan instansi terkait belum muncul. Padahal warga sangat berharap.

 

“Banjir menyebabkan perekonomian warga desa Lenggahsari lumpuh total. Warga kekurangan bahan bangan. Bantuan hanya datang dari relawan. Tapi jumlahnya masih jauh dari cukup,” jelas Seprian.

Warga tegas Seprian, sangat berharap ada perhatian dan bantuan dari pemerintah dan instansi yang terkait dengan masalah kebencanaan.

“Masalah di desa Lenggahsari adalah persoalan kemanusiaan. Sudah seharusnya persoalan ini menjadi prioritas pemerintah untuk segera diselesaikan secara cepat, menyeluruh dan tuntas,” pungkasnya. (Ahyar Stone/Mapala UMY-SARMMI)