Mengusung semangat “STIE Muhammadiyah Peduli KorbanErupsi Semeru”. Empat unit kegiatan mahasiswa di STIE Muhammadiyah Jakarta (STIEMJ), memberangkatkan relawansambil membawa bantuan ke Lumajang. (11/12/2021)
Empat unit kegiatan mahasiswa dimaksud adalah BadanEksekutif Mahasiswa (BEM). Ikatan MahasiswaMuhammadiyah (IMM). Unit Tapak Suci. Mapala Camp STIEMJ.
Relawan yang mereka utus ke Lumajang merupakan tigapersonil berpengalaman dari Camp, yakni Tuna Muhara, RifaiFauzan, Akmal Fardila.
Di Lumajang, mereka bergabung ke Posko SAR MapalaMuhammadiyah Indonesia (SARMMI).
Turut bergabung di sana Mapsa Univ. MuhammadiyahPurwokerto. Stacia Univ. Muhammadiyah Jakarta. Mapala Univ. Muhammadiyah Yogyakarta.
Kemudian Himatala Binawan Jakarta. Mahapala Univ. MercuBuana Yogyakarta. Relawan Santri Ponpes Al Mukmin Solo.
Posko Kemanusiaan SARMMI berada di Dusun Umbulsari. Desa Sumber Mujur. Candipuro. Lumajang.
Kordinator relawan STIEMJ Tuna Muhara menjelaskan, bantuanyang dibawa berupa kebutuhan dasar pengungsi. Bentuknyabermacam-macam.
Bantuan secara simbolis diterima oleh pengurus SARMMI Ahyar dan Slamet Widodo yang berada di lokasi bencana.
Selanjutnya relawan yang bergabung di SARMMI, secarabersama-sama menyalurkannya langsung ke korban erupsiSemeru di beberapa titik pengungsian.
Selama di lokasi bencana erupsi Semeru, tiga personil Camp turut pula melakukan detail assessment. Melaksanakanpsikososial untuk kelompok rentan. Mendirikan emergency toilet.
Juga membantu korban gempa di desa Curah Kobokanmengevakuasi perabotan rumahnya, lalu mengantarnya hinggake tempat pemiliknya mengungsi.
Tiga personil Camp aktif pula pada operasi rescue untukmencari korban jiwa erupsi Semeru yang belum ditemukan. Rescue area mereka berada di tambang pasir Satuhan.
Menurut Tuna Muhara, partisipasi aktif mereka pada operasirescue juga untuk meningkatkan skill mereka di sektor navigasidigital dan pemetaan digital.
Dua hal itu merupakan pendekatan baru di dunia pecinta alamdan aktivitas SAR. Belum banyak orang yang mahirmelakukannya.
“Camp sering belajar aplikasi navigasi digital dan pemetaandigital. Kini saatnya kami mengimplementasikannya di lokasibencana untuk menemukan korban meninggal,” terang Tuna Muhara.
Sementara itu Ketua Operasi Kemanusiaan SARMMI UntukErupsi Semeru, Zeni Nurhidayah Rizkia, mengaku memberiapresiasi tinggi terhadap tiga personil Camp.
“Mereka bertiga menjunjung tinggi nama harum STIEMJ dengan cara totalitas di lokasi bencana. Baik di operasi rescue maupun di kegiatan kemanusiaan lain yang ditujukan untukkorban erupsi Semerunya,” pungkas Zeni. (AS)
Warga Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan, memiliki kepeduliantinggi terhadap korban bencana alam di tanah air. Termasukpada korban erupsi Gunung Semeru yang terjadi beberapa waktulalu.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Mapala Kompas STKIP Muhammadiyah Pagar Alam, Syarifudin Randiansyab SaputraSudarji, saat dihubungi Wartapala melalui sambungan jarakjauh.
Syarifudin menceritakan, untuk meringankan penderitaankorban erupsi Semeru yang tinggal di pengungsian, MapalaKompas STKIP Muhammadiyah Pagar Alam, Sumatera Selatan menggalang donasi dari warga Pagar Alam.
Donasi digalang atau dikumpulkan dari intern civitas akademikaSTKIP Muhammadiyah.
Kemudian di perempatan jalan utama. juga beberapa pasartradisional di Pagar Alam.
“Kami memasang pula pamflet penggalangan donasi di pusat-pusat keramaian. Warga yang jauh bisa berdonasi melaluitransfer ke rekening bank yang kami sediakan,” jelas Syarifudin.
Sejak hari pertama penggalangan donasi, warga Pagar Alamsudah antusias membantu korban erupsi Semeru di Lumajang.
“Mapala Kompas STKIP Muhammadiyah Pagar Alam, sangatberterima kasih kepada warga Kota pagar Alam,” tambahSyarifudin.
Seluruh donasi yang terkumpul, dikirim Mapala Kompas STKIP Muhammadiyah Pagar Alam ke Posko Kemanusiaan SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia (SARMMI).
Posko Kemanusiaan SARMMI berada di Dusun Umbul Sari. Desa Sumber Mujur. Candipuro. Lumajang.
Posko kemanusian SARMMI di Lumajang dikelola oleh relawandari Mapsa Univ. Muhammadiyah Purwokerto. Mapala Univ. Muhammadiyah Yogyakarta. Mahapala Univ. Mercu BuanaYogyakarta.
Stacia Univ. Muhammadiyah Jakarta. Camp STIE Muhammadiyah Jakarta. Himatala Binawan Univ. BinaanJakarta. Saptapala Jakarta. Santri Ponpes Al Mukmin Solo. Komunitas Mahasiswa Fotografi Kalacitra UIN Jakarta.
Relawan-relawan di Posko Kemanusiaan SARMMI kemudianmenyalurkan bantuan Mapala Kompas STKIP MuhammadiyahPagar Alam, ke korban erupsi Semeru yang tinggal di pengungsian. (12/12/2021)
Mereka ada yang mengungsi di rumah saudara, di gedungsekolah, dan di beberapa rumah warga Desa Sumber Mujur.
Bantuan yang disalurkan berupa kebutuhan dasar pengungsi. Juga cangkul, palu, peralatan kebersihan dan sejumlahperlengkapan masak.
Bantuan Mapala Kompas STKIP Muhammadiyah Pagar Alam, menurut ketua Posko Kemanusiaan SARMI, Zeni NurhidayahRizkia, tepat sasaran dan tepat guna. Bantuan seperti itulah yang kini dibutuhkan pengungsi.
Zeni juga memberi aplus tinggi terhadap warga kota Pagar Alamdan Mapala Kompas STKIP Muhammadiyah Pagar Alam.
“Antusias warga Pagar Alam membantu korban erupsi Semerudan gerak cepat Mapala Kompas, patut jadi teladan,” pungkasZeni. (AS)
Ormas terbesar di Indonesia Muhammadiyah, kembali menunjukan kiprah Internasionalnya. Kali ini melalui Mapala (Mahasiswa Pecinta alam) yang bergabung di SARMMI (SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia), yang melakukan pendampingan jangka panjang bidang pecinta alam dan kegiatan kemanusiaan pada organisasi pecinta alam Gerhana di Timor Leste yang bernama Associação Gerhana-Explora no Prezerva Natureza, Timor Leste.
Terhadap pendampingan SARMMI, tokoh Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Bambang Setiaji, Ms. Mengakui apresiatif dan mendukung.
Apresiasi disampaikannya saat membuka Webinar Internasional yang mengupas pecinta alam sebagai pendidikan karakter di era milenial. Webinar diikuti oleh Mapala dari berbagai kota di Indonesia serta pecinta alam di Timor Leste yang merupakan target utama kegiatan. (25/9/2021)
Webinar Internasional diselenggarakan oleh SARMMI dan Associação Gerhana. Kegiatan ini adalah realisasi perdana SARMMI mendampingi Associação Gerhana guna mengembangkan kegiatan pecinta alam dan mempelopori berdirinya kegiatan SAR di Timor Leste.
Bagi Prof. Bambang yang merupakan ketua Dewan Pembina SARMMI, adalah langkah tepat bagi Associação Gerhana menggandeng SARMMI sebagai pendamping. Bakal banyak pengetahuan penting dan pengalaman berharga yang dapat dipetik.
“SARMMI ini organisasi SAR yang tangguh dan mandiri. Meski tidak dibantu pemerintah tetapi daya juang SARMMI di lokasi bencana sangat tinggi. Pengalaman panjang SARMMI terjun ke lokasi bencana di berbagai daerah Indonesia, dapat dijadikan sebagai bahan belajar bagi pecinta alam di Timor Leste,” katanya.
Prof. Bambang juga berharap agar Webinar Internasional ini bermanfaat secara luas dan memotivasi. “Harapan saya, pendampingan SARMMI dapat memicu semangat saudara-saaudara di Timor Leste untuk beraktivitas di bidang kemanusiaan dan pecinta alam,” demikian kata Prof. Bambang. (*)(Ahyar Stone Mapala UMY/ Rani Puspina Mapala UMRI/SARMMI)
Salah satu dermaga yang dibangun KSH di tepi sungai Cisadane, desa Tanjung Burung.
Mobil yang ditumpangi tiga pengurus Kelompok Stacia Hijau (KSH), baru saja masuk halaman posko tabur mangrove KSH desa Tanjung Burung, kecamatan Teluk Naga, Tangerang. Bocah-bocah yang sedang bermain disana langsung menyapa.
“Om Fatih, om Roy, mbak Dine, kok lama nggak kesini?” tanya seorang bocah.
“Tiga hari lalu om kesini sayang,” jawab lelaki yang dipanggil om Roy.
Seolah tak hirau kebenaran jawaban Roy, bocah-bocah itu berebut menyalami tiga pengurus KSH yang masing-masing Moh. Al Fatih, Roy Nurdin, dan Dine.
Usai menyalami, sekelompok bocah usia SD itu kembali melanjutkan aktivitasnya. Ada yang main petak umpet, membaca, dan main tebak-tebakan benda di genggaman di tangan. Mereka sangat ceria.
“Anak-anak, remaja, dan para orang tua di desa ini, sangat dekat dengan kami. Tetapi kedekatan ini tidak dibangun dalam sehari. Perlu waktu yang tidak sebentar,” kata Roy Nurdin sambil menurunkan barang bawaan dari mobil.
Fatih kemudian mengisahkan sedikit latar belakang KSH berkiprah di Desa Tanjung Burung.
“Awalnya Stacia hanya berniat fokus menyelamatkan kawasan muara dengan cara menanam mangrove. Tetapi semakin jauh melangkah kami melihat masalah disini sangat kompleks dan saling berkaitan,” terang Fatih.
Menanam mangrove lanjut Fatih, juga harus menyertakan kegiatan konservasi, penanganan sampah, serta pemberdayaan ekonomi dan budaya masyarakat setempat. Sungai Ciliwung juga harus dinormalisasi.
Semua persoalan itu harus ditangani menyeluruh dan berkesinambungan. Akan percuma rajin menanam mangrove tetapi abai terhadap sampah.
Sampah adalah musuh tanaman mangrove, karena sering menyangkut di mangrove muda yang baru ditanam lalu menyeretnya ke laut lepas.
“Kompleksitas itulah yang membuat keluarga besar Stacia kian termotivasi, dan itulah dasar dibentuknya KSH,” kata Fatih.
Untuk sampai ke lokasi penanam mangrove di muara Cisadane, KSH perlu memiliki dermaga dan sarana fisik lainnya.
KSH lantas membangun dermaga, aula, mushola, MCK dan sarana lain di tepi sungai Ciliwung yang berada di wilayah desa Tanjung Burung.
“Lambat laun kami dengan warga saling kenal. Sekarang hubungan KSH dengan warga desa Tanjung Burung sangat akrab dan saling memberi manfaat,” lanjut Fatih.
Hari itu, tiga pengurus KSH hendak mengecek tanaman mangrove mereka di muara sungai Cisadane. Marbawi dan dua temannya sudah menyiapkan perahu untuk membawa mereka kesana.
Perahu yang dikemudikan Marbawi, suara mesinnya sangat berisik. Tetapi lajunya lambat. Sampah yang memenuhi sungai Cisadane menjadi penghambat perjalanan mereka.
Berkali-kali Marbawi mematikan mesin perahu. Lalu temannya yang berada di belakang perahu, jongkok untuk mengambil sampah yang menyangkut di baling-baling.
“Lihatlah sampai yang hanyut di sungai Cisadane. Tiap hari jumlahnya bisa berton-ton. Bayangkan bila setahun, berapa ton sampah masuk ke laut?” kata Roy Nurdin sambil menunjuk segala macam benda buangan dari warga hulu sungai.
“Dari Tanjung Burung ke muara, normalnya setengah jam. Tapi kalau sampah banyaknya seperti ini, perjalanan bisa lebih lama,” timpal Marbawi.
Sepanjang perjalanan, Roy Nurdin menceritakan, dua tahun lebih KSH berkiprah, sedikit banyak telah membawa hasil. Namun mereka belum puas, karena gagasan besar yang hendak diujudkan belum tercapai sepenuhnya.
“Salah satu target besar kami adalah menjadikan kawasan tabur mangrove sebagai objek wisata edukasi. Para pengunjung dapat sekaligus menikmati alam, mendengar suara burung liar, mengerti perlunya penyelamatan kawasan muara, serta ikut menanam mangrove di lahan yang disediakan,” kata Roy Nurdin.
Sementara itu, disela-sela kesibukannya menjalankan mesin perahu, sesekali Marbawi menyapa nelayan berperahu besar yang berpapasan dengan mereka.
Menurut Marbawi, nelayan berperahu besar itu pulang dari menangkap ikan di laut. Sedangkan yang berperahu kecil, menangkap ikan di sungai Cisadane. Kehadiran perahu kecil itu baru terlihat sekitar setengah tahun terakhir.
“Lihat nelayan berperahu kecil itu. Saya kenal. Sudah bertahun-tahun tak terlihat. Baru sekarang dia menangkap ikan lagi. Ini membuktikan sungai Cisadane mulai ada ikannya. Dulu tidak ada ikan, karena kawasan mangrove rusak parah,” ujar Marbawi.
Kawasan yang ditanami mangrove oleh KSH adalah delta di Muara Cisadane yang luasnya belasan hektar. Delta ini menurut Fatih, adalah bukti bahwa reklamasi pantai yang terjadi secara alamai, justru lebih dahsyat dari reklamasi buatan manusia.
“Daratan itu terbentuk dari lumpur gunung di daerah hulu yang hanyut, kemudian menyatu dengan ratusan ton sampah yang telah memenuhi sungai,” kata Fatih memjelaskan.
Di kawasan tabur mangrove, KSH sudah membangun dermaga perahu, pondok, dan fasilitas lain untuk pembibitan mangrove. Areal sungai dekat dermaga dipasang pagar bambu untuk melindungi mangrove muda yang baru ditanam dari terjangan sampah.
Cara itu ternyata sangat efektif, karea berfungsi pula untuk menahan sampah agar tak memasuki area pembibitan, dan lahan-lahan yang hendak ditanami mangrove.
Sesampanya di kawasan tabor mangrove, Fatih langsung meninjau pohon-pohon mangrove yang pertama kali ditanam KSH. Lebih dari dua tahun lalu kata Fatih, kawasan ini hanya genangan air yang dipenuhi sampah. Kini kawasan itu sudah hijau, karena mangrove yang ditanam KSH sudah besar-besar.
“Burung juga sudah bersangkar di pohon-pohon mangrove. Kepiting dan udang sudah banyak. Ini menandakan kawasan yang tadinya kritis sekarang, sekarang habitatnya sudah mulai pulih,” ungkap Fatih.
Sebenarnya terang Fatih, dulu kawasan ini tak semuanya kritis. Ada beberapa bagian yang ditumbuhi mangrove ukuran besar. Tetapi ditebangi petani tambak karena menganggap hutan mangrove adalah habitat burung.
“Burung-burung memangsa bibit ikan di tambak. Bagi petani burung itu adalah predator,” kata Fatih.
Untuk itulah KSH memberi pemahaman ke petani tambak agar tidak menebang pohon mangrove. Mengusir burung dapat dilakukan dengan cara membuat orang-orangan seperti petani di sawah. Nantinya burung akan mencari ikan di sungai.
Agar kelangsungan hidup burung terjaga, RTM melarang pengunjung menembak burung.
Menanami belasan hektar kawasan di muara Cisadane, tentu butuh biaya besar. Biaya jelas Roy Nurdin, berasal dari swadaya pengurus KSH, dermawan, dan dengan mengundang siapa saja yang tertarik menanam mangrove di area khusus.
Proses membuat area khusus, dimulai dari pengeringan genangan air, lalu diuruk. Setelah menjadi pulau kecil, KSH mengundang beberapa pihak untuk menanaminya. Pulau kecil itu akan diberi nama yang penanamnya.
“Salah satu pulau kami dinamai Niriwest Island, karena artis terkenal Nirina Zubir dan temannya memesan pulau untuk mereka tanami,” jelas Roy Nurdin.
Pembuatan pulau kecil dikerjakan oleh anggota RTM. Bibit mangrove yang ditanam juga berasal dari anggota RTM.
“Selain mengubah kawasan kritis di muara menjadi hutan mangrove dan mengembalikan fungsi alaminya, KSH secara langsung juga memberi manfaat ekonomi bagi warga Tanjung Burung. Seperti dengan membeli bibit mereka dan memberi insentif pembuatan pulau kecil itu,” lanjut Roy Nurdin.
Keterangan Roy Nurdin dibenarkan oleh Marbawi, malah kata Marbawi dengan adanya kawasan tabur mangrove KSH, Mereka juga dapat menyewakan perahu ke wisatawan dan menyediakan souvenir. Anggota RTM juga berencana membuat kuliner khas desa Tanjung Burung yang berasal dari olahan mangrove.
“Buah mangrove jenis pidada bisa dibuat bolu. Mangrove jenis api-api buahnya bisa untuk dodol dan onde-onde. Potensi ini akan kami garap serius. Agar berhasil tentu saja kami perlu pendampingan dari KSH,” jelas Marbawi.
Hari telah senja. Saat rombongan KSH bersiap-siap meninggalkan muara, terdengar teriakan merdu sepasang burung yang saling kejar di dahan mangrove api-api.
Bisa jadi itu ekspresi kegirangan mereka menyambut anaknya yang baru menetas dan bakal hidup tenteram disana.
Kawasan mangrove KSH memang untuk rumah anak dan cucu pasangan burung yang berbahagia itu.
(Ahyar Stone. 23/1/2019)
Fasilitas untuk pengunjung.Niriwest Island milik artis terkenal Nirina ZubirSebelah kanan Fatih, kelompok mangrove KSH yang berumur dua tahun lebih.Salah satu fasilitas untuk pengunjung yang dibangun KSH.Roy Nurdin memeriksa bibit mangrove.Dilindungi pagar bambu, mangrove muda bisa tumbuh baik karena dilindungi dari terjangan sampah yang hanyut di sungai Cisadane.Pagar bambu yang didirikan KSH untuk melindungi mangrove muda dari sampah.Fatih tiba di dermaga KSH di muara Cisadane. Diikuti Marbawi.Dermaga tabur mangrove KSH di muara sungai Cisadane.Setelah lama tak kelihatan, nelayan ini kembali menangkap ikan di sungai Cisadane.Sampah yang memenuhi sungai Cisadane, menghambat perjalanan perahu nelayan.
Relawan SARMMI Berhasil Menghidupkan Pembangkit Listrik Tenaga Hidro Di Lombok Utara
Lombok(25/09/2018), Ribuan warga desa Bayan dan desa Loloan. Kecamatan Bayan. Lombok Utara. Benar-benar merasakan “Habis gelap terbitlah terang” dalam arti yang sebenarnya.
Sejak gempa 7,0 SR menghantam Lombok awal Agustus lalu, Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) rusak parah, semua rumah warga dua dusun tadi langsung dilanda gelap berkepanjangan.
Kegelapan sirna saat relawan SARMMI bersama mitra sinerginya yang membangun posko kemanusiaan di dusun Bual – salah satu dusun yang terdampak gelap – berhasil memperbaiki PLTMH yang merupakan satu-satunya sumber penerangan warga.
Mitra sinergi SARMMI adalah HW UMS, Erdams FKM UMJ, Mapala UMSU, Mapala UMSB, Mapasanda STIEM Lampung Selatan, Stacia UMJ, Camp STIEM Jakarta, Mapsa Univ. Muh. Purwokerto, Mapala UMY, Hiwata Univ. Muh. Palu, Mapala Salawat Univ. Muh. Parepare, Serta personil SAR DIY.
Keberhasilan relawan SARMMI beserta mitra sinerginya disambut suka cita sekaligus takjub oleh segenap pengurus PLTMH, dan ribuan warga yang kini rumahnya terang benderang.
“Kami nyaris tak percaya, PLTMH yang mangkrak pasca gempa, berhasil dipulihkan oleh relawan SARMMI,” kata Ketua Pengelola PLTMH, Riadi.
“Sebagai bentuk syukur, pengurus PLTMH akan menggratiskan biaya listrik mulai hari ini hingga enam bulan ke depan,” lanjut Riadi bersemangat.
Riadi dan jajarannya layak bersuka cita dengan sedikit berapi-api. Pasalnya sejak PLTMH mati total karena gempa, berbagai langkah telah mereka upayakan. Terutama menghubungi pihak yang terkait langsung dengan keberlangsungan hidup PLTMH.
Namun segala upaya tak membuahkan hasil menggembirakan.
“Seminggu usai gempa, saya lapor Ke Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB. Tetapi hingga PLTMH dihidupkan tim relawan SARMMI, laporan kami belum ditindaklanjuti pihak dinas,” kata Riadi.
Dijelaskan oleh Riadi, PLTMH sumbangan pemerintah RI dan GIZ Jerman yang kini dikelolanya, menerangi 1055 rumah warga tujuh dusun.
Dusun itu adalah Dasan Tutul, Nangka Rempek, Teres Genit, Bual. Tiga dusun ini berada di kawasan desa Bayan.
Kemudian tiga dusun di desa Loloan yakni dusun Torean Idek, Torean Atas, dan Tanjung Biru.
PLTMH juga menerangi lima masjid, dua SD, SMP Negeri Bayan. Puskesmas Pembantu. Rumah bersalin di tiap dusun, lampu jalan, serta fasilitas umum lainnya.
Adalah Azhar Fathoni dan Slamet Widodo yang dipercaya oleh semua relawan SARMMI untuk memperbaiki PLTMH.
Menurut Azhar dan Slamet, ada beberapa kerusakan yang menyebabkan PLTMH tak berfungsi.
Diantara adalah AVR terbakar. Koneksi kabel yang dipasang tak sesuai standar.
“AVR saya ganti baru. Koneksi arus listrik dan pengaturan mesin, saya tata ulang sesuai standard. Beberpa kerusakan lain karena gempa, saya perbaiki,” jelas Azhar.
Ternyata hasil pekerjaan Azhar dan Slamet memang luar biasa. Diluar dugaan Riadi dan jajarannya.
“Selama ini nyala listrik berkedip-kedip. Warga sering komplain. Sekarang nyalanya stabil. Warga sangat puas. Benar-benar mantap” kata Riadi senang.
Agar PLTMH berumur panjang dan daya listik yang dihasilkan stabil. Azhar dan Slamet kemudian mengadakan pelatihan singkat untuk semua operator PLTMH.
“Materinya meliputi cara membaca panel listrik. Cara praktis membaca debit air. Teknis membaca sensor AVR. Cara mengecek arus dan frekwensi yang keluar dari generator, serta beberapa pengetahuan praktis lainnya,” terang Azhar.
Azhar juga mengenalkan mereka dengan supplier spare part di Surabaya. Sehingga ke depan para operator PLTMH tak lagi menemui kendala saat membutuhkan suku cadang.
“Selama ini mereka kebingunan mau cari spare part. Sekarang jika Riadi dan para operatornya membutuhkan spare part, mereka akan dilayani khusus dengan harga khusus pula oleh suplier spare part koneksi saya di Surabaya,” lanjut Azhar.
Kepada pengelola PLTMH, Azhar juga mengatakan, kendati operasi SARMMI di dusun Bual berakhir dan semua relawannya pulang, SARMMI tetap komitmen mendampingi pengelola PLTMH melalui konsultasi jarak jauh.
Jika PLTMH mengalami kerusakan parah, relawan SARMMI siap ke Lombok.
“Semua itu kami lakukan karena listrik merupakan kebutuhan dasar, dan PLTMH adalah listrik murah untuk rakyat,” kata Slamet.
“Tentu saja dengan senang hati kami siap membantu pengelola PLTMH agar rakyat terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan biaya murah,” demikian kata Slamet Widodo yang merupakan Ketum Umum SARMMI. (*)
Catatan Relawan Dari Desa Gelap Gulita di Lombok Utara
Zila, Maeza, Zira, Alif, Akbar, adalah beberapa nama siswa kami di Sekolah Darurat Muhammadiyah Mentari Cendekia.
Sekolah yang menempati pondok tanpa dinding khas lombok (Bruga) ukuran 3 x 4 meter, kami dirikan di Segara Katon, salah satu desa yg mengalami kerusakan paling parah karena gempa 7, 2 SR yg menghantam lombok beberapa hari lalu.
Desa itu berada di kec. Gangga. Lombok utara.
Desa segara katon terdiri dari beberapa dusun. Satu diantaranya adalah dusun Persiapan Bulan Semu.
Di dusun itulah kami, yakni SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia (SARMMI) dan HW Univ. Muhammadiyah Surakarta, mendirikan posko relawan.
Kami adalah relawan pertama yang datang ke desa Segara Katon.
Bruga tadi, bila malam kami manfaatkan sebagai tempat istirahat. Sedangkan halaman bruga kami pakai untuk arena _fun game_ dan permainan edukasi kebencanaan bagi siswa sekolah darurat.
Siswa kami berjumlah 30 orang. Sebelum gempa mereka adalah murid sekolah dasar di dekat sini. Tapi berlainan kelas.
Gempa telah menghancurkan sekolah mereka. Rumah orang tua mereka juga luluh lantak. Rata dengan tanah.
Sebelum kami datang, sehari-harinya anak-anak ini cuma bingung mau apa.
Mau main di halaman rumah, kuatir terkena puing dan pecahan kaca. Mau sekolah tak bisa. Sekolah diliburkan.
Padahal mereka rindu belajar di kelas dan kangen suasana pertemanan di sekolah mereka.
Dari jam ke jam, hubungan kami dengan bocah-bocah lucu yang bersemangat ini, tambah dekat. Kami hapal satu persatu nama mereka. Bocah-bocah itu memanggil kami om, kak, dan mbak. Mereka juga hapal nama kami.
Dalam sebuah fun game, M. Risqi Mei Sonjaya, yang kami juluki “kepala sekolah darurat”, bertanya pada siswanya.
“Adik-adiku sayang, apa cita-cita kalian?,” tanya Riski.
Ada yang menjawab ingin menjadi guru, polisi, tentara dan cita-cita lain.
“Saya ingin menjadi tim SAR,” jawab Zira lantang.
“Kak Riski, saya bercita-cita menjadi relawan bencana alam,” kata Maeza keras sambil mengacungkan tangan.
Jawaban Zira dan Maeza, membuat Riski terkejut sekaligus terharu.
Perasaan serupa juga kami rasakan.
Kami tak tahu mengapa ada siswa yang bercita-cita begitu. Padahal kami tak pernah menceritakan suka duka menjadi relawan garis depan seperti kami.
Apakah karena melihat kami yang selalu riang, bersemangat, kompak, dan non stop 24 jam membantu warga korban gempa di dusun ini?
Riski tidak bertanya lebih jauh kepada kedua siswanya. Kami juga tak tergerak untuk mengetahui lebih detil.
Catatan Relawan Gempa Dari Desa Gelap Gulita di Lombok Utara.
Sudah berapa hari kami di Segara Katon? Salah satu desa yg mengalami kerusakan parah karena gempa 7, 0 SR yg menghantam lombok beberapa hari lalu.
Apa aktivitas awal kami setiap harinya?
Dua pertanyaan itu bagi kami sangat tidak penting, karena itulah kami tidak pernah membahasnya, dan tak tertarik menjawab bila ada orang lain yg menanyakannya.
Desa Segara Katon yang berada di kec. Gangga, Lombok Utara, terdiri dari beberapa dusun. Satu diantaranya adalah dusun Persiapan Bulan Semu.
Di dusun itulah kami : SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia (SARMMI), dan HW Univ. Muhammadiyah Surakarta, mendirikan posko relawan.
Kendati _stay_ di Bulan semua, fokus area kami meliputi empat dusun di dua desa, tapi msh wilayah kec. Gangga.
Sebagai relawan garis depan (kami menyebutnya begitu), kami berada di daerah yang relatif sukar dijangkau, minim fasilitas memadai, lalu tinggal bersama warga di pengungsian dan membaur bersama mereka.
Tentu saja berada di tengah pusaran dampak bencana gempa, membuat kami paham penderitan para pengungsi yang kami dampingi.
Resikonya, kami makin bergairah mengedukasi, memotivasi, mengajak, dan menggerakan para pengungsi untuk mengatasi problem mereka.
Juga membuat kami makin militan bekerja untuk mereka — para pengungsi yg menganggap kami sebagai saudara dan kami juga menganggap mereka begitu.
Resiko-resiko itulah yg membuat kami _lali dino, lali tanggal, lali wes adus opo urung_.
Lupa hari, lupa tanggal, bahkan lupa kami sudah mandi apa belum.
Ternyata kisah “heroik” kami di dusun ini telah viral. Kami berterima kasih yg telah memviralkan.
Semoga kerja-kerja kemanusiaan kami disini, juga menjadi amal jariah anda. Aamiin.
Kabar baiknya — akibat viral itu — banyak pihak yang menghubungi kami karena tertarik serta ingin bergabung, dan menanyakan syarat-syaratnya.
Kepada yang bertanya, kami senantiasa memberikan jawaban seragam.
Kami _welcome banget_ Jika ada yang ingin bergabung.
Anda tidak usah mengajukan surat lamaran. Apalagi menyodorkan surat cinta. Kami juga tidak akan mengadakan seleksi dalam bentuk apapun.
Syarat bergabung bersama kami menjadi relawan garis depan _(front line)_ sangat mudah, tetapi sedikit gila. Anda cukup memiliki keberanian.
Keberanian yang kami maksud adalah :
Berani datang dan pulang dengan ongkos sendiri.
Berani tidak mandi berhari-hari.
Berani banyak kerja sedikit tidur.
Berani lapar namun tetap terlihat segar waras penuh kemakmuran.
Berani duluan menyapa warga tanpa melontarkan rayuan gombal.
Berani melontarkan gagasan dan gotong royong melaksanakannya.
Dan setelah disini : berani bertanya tentang keberanian unik lainnya yang patut dimiliki oleh relawan garis depan selama mendampingi pengungsi.
Tentu saja setelah mendengar “syarat & ketentuan nyeleneh” itu, para pelamar tertawa pada awalnya, lalu tawanya mulai mengendur tatkala mendengar,
“Berani tidak digaji. Kami juga tidak ada yang digaji.”
Tawa mengendur para pelamar tentu bukan gejala bahwa mereka mundur sebelum tempur.
Ada yang benar-benar serius bin nekad mau gabung bersama kami.
“Oke mas brow.. bila sudah di kota Mataram, saya naik apa ke lokasi?”
Karena kami tak hapal rute, kami cuma bisa menjawabnya praktis namun menuntaskan masalah pelik.
“Kami ada teman baik di kota Mataram, dia orang lombok dan bersedia mengantarmu ke lokasi.”
Hanya itu jawaban kami. Tak ada lainnya. Tidak ada pula nasehat tambahan yang bernuansa religius seperti,
“Hati-hati di jalan. Semoga selamat sampai tujuan. Semoga Tuhan besertamu”
Orang yang mau bergabung bersama kami, tentu memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.
Kecerdasan itulah yang membuat mereka selalu bersama Tuhan, dan Tuhan selalu bersama mereka.
Ditengah keadaan haru yang hadir diantara masyarat dusun persiapan bulan semu, desa persiapan segara katon, Kec. Gangga Kab. Lombok Utara, warga tetap menaruhkan masa depannya dengan penuh tekad kuat.
Setelah dua hari warga bersama relawan dari SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia (SARMMI) dan Hizbul Wathan UMS (HW UMS),berbaur menjadi satu, mereka dicairkan bersama dengan suguhan kopi khas lombok setiap waktu.
Setelah relawan mendirikan posko korban bencana gempa bumi yang melayani pelayanan medis selama 24 jam, dilanjut proses pembersihan puing-puing rumah korban, kali ini geabungan Relawan yang lebih memilih mendirikan posko didaerah terpencil tersebut mukai menggerakan kembali kehiduoan masyarakat disektor pendidikan.
Dengan didirikannya Sekolah darurat bagi anak-anak setempat, terlihat senyuman manis dari anak-anak setempat yang sudah merindukan bangku sekolah, setelah mereka libur sekolah karena bangunan sekolah roboh dan masyarakat mengalami trauma yang dahsyat.
*”Sekolah Darurat Muhammadiyah Mentaria Cendekia”* itulah nama sekolah yang relawan utusan UMS tersebut rintis untuk tetap menumbuhkan semangat belajar anak-anak.
Hari itu, Jum’at (10/08) bersamaan dengan hari mulia bagi ummat muslim, menjadi hari pertama Sekolah Darurat Mentari Cendekia beroperasi. Diawali pagi hari pukul 08.00 – 10.00 WITA diisi dengan kegiatan bersih lingkungan dan pembelajaran pengetahuan umum. Kegiatan sore hari mulai pukul 16.00 – 17.00 WITA anak-anak diarahkan untuk belajar mengaji.
Sederhana, namun penuh makna. Belajar tanpa alat tulis, karena saat gempa teejadi, anak-anak tidak sempat menyelamatkan alat tulisnya. Sekarang ini, melalui Sekolah Darurat Muhammadiyah Cendekia mencari keceriaan bersama teman sebayanya, menjadi penghibur diri sebagai pengganti alat mainan anak.
Sudah ada 25 siswa/i yang dikelola relawan dari Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Terimakasih atas doa dan dukungan seluruh unsur yang terlibat, kami tunggu partisipasi terbaik dari anda untuk sudara kita…
_Muhammadiyah bersinergi bersama warga untuk memupuk asa anak bangsa_
(Muhammad Risqi Mei Sonjaya : Kepala Sekolah Darurat Muhammadiyah Mentari Cendekia)
Pengalaman pernah dekat dengan Mapala Salawat Universitas Muhammadiyah Parepare (UMPAR). Rupanya sangat membekas di hati Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Parepare, Drs. H. Sawati Lambe.
Diajak berbincang perihal Mapala, tokoh Muhammadiyah paling terkemuka di Kota Parepare ini, tampak berbinar-binar senang.
Kesan itulah yang tertangkap, tatkala tiga Pengurus Pusat SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia (SARMMI) yakni Dewan Pengarah SARMMI Zulfahmi Sengaji, SE. MM. Sekretaris Umum Ahyar Hudoyo, dan Ketua Divisi Kominfo Lita Indriani, menemui Sawati di Masjid kampus UMPAR awal Desember lalu.
Turut pula di perbincangan yang bersahaja itu Sekretaris PDM Kota Parepare. Rektor UMPAR Prof. DR. H. Muhammad Siri Dangnga, MS. Serta Ketua Umum Mapala Salawat UMPAR.
“Mapala adalah suatu gerakan untuk menegakan akidah seperti yang diperjuangkan KH Ahmad Dahlan,” kata Sawati mantap.
Saya katakan begitu, lanjut Sawati penuh semangat, karena ketika saya menjadi Pembantu Rektor (PR) 3 UMPAR. Saya melihat anggota Mapala Salawat UMPAR sering masuk dan menelusuri gua, pegunungan, hutan dan sebagainya. Padahal wilayah seperti itu menurut orang umum adalah sakral.
Pulang dari wilayah-wilayah itu, anggota Mapala Salawat UMPAR sering saya wawancarai. Saya ingin mengetahui lebih jauh pengalaman mereka selama disana.
“Mereka mengakui sering menemui peristiwa yang dalam istilah sekarang disebut penampakan,” ungkap Sawati.
Tetapi lanjut Sawati bangga, anggota Mapala Salawat UMPAR tidak gentar. Mereka tidak mempercayai hal-hal ganjil seperti itu. Ini membuktikan mereka percaya tidak ada kekuatan kecuali milik Allah SWT.
Berdasarkan pengalaman nyata mereka itu, saya anjurkan agar mereka menyampaikannya kepada orang lain. Tertutama ke teman-teman mereka yang masih percaya black magic atau ilmu-ilmu hitam.
Di Mapala Salawat UMPAR, kata Sawati, akidah bahwa Allah adalah Maha Segala-galanya betul-betul kami tanamkan.
“Di Sulawesi Selatan bagian barat ada kejadian yang secara rasional mayatnya tidak bisa diketemukan. Tetapi Mapala Salawat UMPAR berhasil menemukannya. Mereka berhasil karena memiliki landasan aqidah,” papar Sawati.
Selanjutnya diceritakan pula oleh Sawati, di Mapala lain memang ada yang peminum, atau mengkonsumsi minuman keras (Miras). Tetapi di Mapala Salawat UMPAR betul-betul kami jaga, jangan sampai seperti itu. Caranya adalah dengan menanamkan pengertian bahwa segalanya akan hancur bila kalian melakukan hal-hal yang melanggar agama.
“Alhamdulillah, sejak awal berdiri hingga saat ini Mapala Salawat UMPAR bebas miras,” lanjut Sawati penuh syukur.
Setelah Sawati dipercaya umat sebagai Ketua PDM kota Parepare, dan tidak lagi menjabat PR 3 UMPAR, ternyata perhatiannya kepada Mapala Salawat UMPAR tak berkurang.
Jabatan mentereng tidak membuatnya berubah. Sawati masih memegang kebiasaan lamanya seperti sekian tahun lalu : selalu meluangkan waktu berbincang-bincang dengan anggota Mapala Salawat UMPAR.
Dari interaksi yang intens itu ia tahu, dan hal itu pula yang membuatnya tambah bangga : kian hari Mapala Salawat UMPAR semakin dapat memberikan kontribusi yang banyak kepada almamaternya yakni Universitas Muhammadiyah Parepare sebagai amal usaha Muhammadiyah. (Ahyar Stone)
Niat baik Rektor Universitas Muhammadiyah Palu, DR. Rajindra Rum untuk mengaktifkan Mapala di kampusnya, Hiwata, benar-benar didukung oleh Pengurus SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia (SARMMI). Baik yang di Pusat maupun di Rayon 7.
Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, usai menghadiri Deklarasi Rayon 7 SARMMI yang diselenggarakan oleh Mapalamu di kampus Universitas Muhammadiyah Luwuk, penghujung November lalu, kepada Pengurus SARMMI yang menemuinya, Rajindra menyampaikan niatnya untuk mengaktifkan Hiwata.
Pengurus SARMMI yang menemui Rajindra adalah Ketua Umum Slamet Widodo, Sekretaris Umum Ahyar Hudoyo, Ketua Kominfo Lita Indriani, anggota Dewan Pengarah SARMMI Zulfahmi Sengaji, SE. MM. Serta Ketua Rayon 7 Ade Putra Ode Amane, dan Sekretaris Abdul Gani.
Kepada mereka, Rajindra mengaku sangat apresiasi kepada kegiatan Mapala, dan menganjurkan Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Palu bergabung ke Mapala. Kegiatan Mapala kata Rajindra, bermanfaat dan banyak membantu masyarakat seperti dalam kebencanaan.
Aktifnya Mapala pada berbagai bencana di tanah air, lanjut Rajindra sangat tepat karena sejalan dengan program Nasional Muhammadiyah yang pro aktif pada kebencanaan di tanah air. Mapala aktif di kebencanaan adalah bentuk dari peran Mapala mendukung program Persyarikatan.
Hanya saja ujar Rajindra, Mapala di kampus yang dipimpinnya, telah beberapa tahun tidak aktif. Sekretariat Hiwata masih ada. Tetapi pengurusnya sudah lulus semua. Anggota yang berstatus mahasiswa tidak ada, karena hampir 4 tahun tidak pernah merekrut anggota baru.
“Hiwata harus aktif lagi. Mereka harus dibangunkan dari tidur panjangnya,” kata Rajindra.
Keinginan Rajindra mengaktifkan Hiwata, ditanggapi serius oleh Pengurus SARMMI. Selang beberapa hari usai bertemu Rajindra, tepatmya 3 Desember 2017, Pengurus Pusat SARMMI dari Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), Thariq AR Taat, terbang dari Jakarta ke Palu, dan langsung merapat di Sekretariat Hiwata.
Sekretariat Hiwata berada diantara gedung-gedung di komplek kampus Unismuh Palu. Menempati sebuah ruangan bercat putih yang ukurannya tak begitu luas. Lantaran lama tidak berpenghuni, kondisinya sekarang lebih mirip ruang penyimpan beberapa memoriable, alias benda-benda “masa silam” yang menandakan Hiwata pernah ada, aktif, dan ikut mewarnai perjalanan panjang aktivitas Mapala di Palu dan di Perguruan Tinggi Muhammadiyah se Indonesia.
“Dari ruang inilah kami akan kembali memulai perjuangan menghidupkan Hiwata,” kata Awank, senior Hiwata yang menerima kedatangan Thariq.
Awank adalah seorang dari segelintir anggota “laskar terakhir Hiwata” yang pernah berupaya menggerakan roda organisasi. Namun karena banyak kendala, perjalanan roda Hiwata itu tersendat. Lalu benar-benar terhenti.
“Tahun 2013 Hiwata mengikuti Jambore Mapala PTM se Indonesia di Malang. Rupanya itu event besar terakhir yang kami ikuti. Pulang Jambore Hiwata perlahan-lahan meredup, dan nyaris tinggal kenangan,” kata Awank mengisahkan.
Pasalnya kata Awank, kaderisasi di Hiwata total terhenti, karena, berkali-kali mereka membuka pendaftaran anggota baru, hasilnya senatiasa nihil.
“Hampir empat tahun kami berupaya keras mengajak mahasiswa di kampus ini bergabung ke Hiwata. Tetapi tak satu pun mahasiswa yang berminat mendaftar menjadi anggota Hiwata,” tutur Awank
Tetapi situasi tak sedap itu tak membuat Awank dan senior lain patah semangat. Situasi demikian justru membuat mereka cerdas memikirkan langkah yang berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya untuk menjaring anggota baru.
“Syukurlah cara baru yang kami pakai, berhasil menjaring anggota baru. Sekarang sudah dapat sebelas calon anggota. Insya Allah akan bertambah,” kata Awang optimis.
Kedatangan Thariq ke Hiwata sebagai follow up pertemuan Rajindra dengan Pengurus Pusat SARMMI usai Deklarasi Rayon di Mapalamu Luwuk, diakui Awank menambah motivasi ia dan senior Hiwata lainnya untuk menghidupkan Hiwata agar kembali berkiprah di jagad pecinta alam tanah air.
Sementara itu, Thariq mengakui mengagumi perjuangan tak kenal lelah para senior Hiwata. Menurut Thariq, pasang surut yang dialami Hiwata sebenarnya merupakan dinamika yang juga dialami oleh beberapa Mapala baik di luar maupun di dalam lingkaran PTM. Bedanya yang dialami Hiwata tergolong lebih parah karena bertahun-tahun tidak ada rekruitmen.
Karena itulah lanjut Thariq, ketika tahu kondisi terkini Hiwata dan niat baik Rektor Unsimuh Palu, SARMMI langsung memberi dukungan, sebab salah satu misi yang diusung SARMMI adalah membesarkan Mapala PTM.
Kepada Awank dkk, Thariq berpesan agar tetap melanjutkan perjuangannya. Hiwata kata Thariq telah berandil membangun karakter positif generasi muda di Palu. Peran serta Hiwata membangun SDM anak bangsa harus diteruskan. SARMMI akan membantu karena Hiwata adalah bagian tak terpisahkan dari keluarga besar Mapala PTM seluruh Indonesia,
“Apalagi Rektor Unismuh telah mendukung kebangkitan Hiwata, momen penting ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya” kata Thariq.
Untuk memotivasi, kepada empat dari sebelas orang calon anggota baru Hiwata yang sengaja diundang ke Sekretariat Hiwata, Thariq menceritakan pengalamannya semasa aktif di Dimpa Universitas Muhammadiyah Malang, serta manfaat memiliki pengalaman aktif di Mapala dalam berkarier.
“Saya sekarang menjadi orang penting di tempat saya bekerja. Saya bisa mencapai posisi ini karena apa yang saya dapatkan di Dimpa dulu sangat membantu saya dalam bersosialiasasi di lingkungan baru. Saya juga memiliki percaya diri yang tinggi, tangguh, kreatif, dan peduli pada orang-orang di sekitar. Semua ini saya dapatkan dari aktif di Dimpa, bukan di buku diktat perkuliahan,” ungkap Thariq.
Meski demikian lanjut Thariq, perkuliahan dengan kegiatan Mapala bukan dua hal yang bertolak belakang. Keduanya saling melengkapi sekaligus saling menguatkan.
“Kuliah untuk mengembangkan kecerdasan inteletual. Mapala untuk kecerdasan emosional. Orang yang sukses adalah yang cerdas secara intelektual dan emosional. Orang Mapala banyak yang sukses di posisi puncak dan bahkan menjadi Presiden RI karena memiliki dua kecerdasaan ini,” terang Thariq.
Selain itu kata Thariq orang Mapala cenderung gampang dikenali karena karakternya lebih kuat dibanding orang kebanyakan.
“Mapala adalah pendidikan karakter yang paling baik, karena kegiatan Mapala mengandung empat pilar pendidikan karakter yaitu olah rasa, olah hati, olah pikir, dan olah raga. Empat pilar ini membuat anggota Mapala memiliki karakter yang kuat sekaligus multi talenta,” kata Thariq.
“Ciri pemilik karakter yang kuat diantaranya adalah tangguh dan pantang menyerah untuk mengajak orang lain kepada kebaikan. Hal ini bisa kalian lihat dari senior Hiwata. Mereka tak putus asa bertahun-tahun berjuang menghidupkan Hiwata. Hari ini buah perjuangan panjang mereka mulai kelihatan,” kata Thariq.
Mendapat edukasi dari Thariq, empat calon anggota baru Hiwata mengaku tercerahkan. Pengetahuan ini membuat mereka tak sabar ingin mengikuti pendidikan dan latihan dasar (Diklatsar). Agar segera menjadi anggota penuh sehingga dapat maksimal dalam beraktivitas di Hiwata.
“Apapun materi Diklatsar ikuti secara serius. Setelah itu aktiflah berkegiatan. Kelak kalian akan dicatat sejarah sebagai pelaku kebangkitan Hiwata,” demikian pesan Thariq. (Ahyar Stone)
Bila dicermati seksama, ada dua hal yang sangat kentara dari anggota Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) di Muhammadiyah. Peduli kepada sesama, dan senantiasa tergerak menjalankan dakwah Muhammadiyah.
Dua karakter itu, bukan hasil dari proses yang instan. Melainkan dari proses panjang yang dilakukan secara terus menerus dan diulang-ulang. Hasilnya dua karakter itu melekat kuat pada diri setiap anggota Mapala, sehingga tatkala mereka sudah manyelesaikan kuliahnya, peduli dan dakwah Muhamadiyah menjadi gaya hidup mereka sehari-hari di manapun berada.
Adalah beberapa anggota Mapala Stacia Universitas Muhammadiyah Jakarta yang blusukan ke muara sungai Cisadane di Tangerang. Menjelajahi daerah pinggiran yang tidak populer adalah tradisi Stacia untuk mempertajam kepekaan sosial anggotanya. Di blusukan kali ini anggota Stacia mendapati fakta yang membuat mereka tercengang, prihatin, sekaligus buru-buru hendak berbuat baik.
Kawasan mangrove di muara sungai Cisadane yang mereka datangi, ternyata rusak parah. Hutannya nyaris gundul, air laut berlumpur tebal, dan sampah rumah tangga bertebaran di semua penjuru pantai dan di hutan mangrove yang tersisa. Kerusakan ini telah berlangsung lama. Tak ada yang peduli. Padahal kondisi ini membahayakan ekosistem muara Cisadane. Temuan ini kemudian menjadi perhatian semua anggota Stacia. Tua dan muda.
“Awalnya Stacia hanya berniat fokus menyelamatkan kawasan pantai dengan cara menanam mangrove. Tetapi semakin jauh melangkah kami melihat masalah disini sangat kompleks dan saling berkaitan,” ungkap senior Stacia Moh. Al Fatih kepada rombongan pengurus SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia, yang mengunjungi wilayah konservasi mangrove Stacia di desa Tanjung Burung, kecamatan Teluk Naga, Tangerang. (27/8)
Kepada tamunya, Fatih yang didampingi senior Stacia lain, Roy Nurdin, menjelaskan, menanam mangrove berarti juga menyertakan kegiatan konservasi, penanganan sampah, serta pemberdayaan ekonomi dan budaya masyarakat setempat. Sungai Ciliwung juga harus dinormalisasi, dan dikeruk agar dalam.
Semua persoalan itu harus ditangani menyeluruh dan berkesinambungan, baik secara secara serial maupun paralel. Akan percuma rajin menanam mangrove tetapi abai terhadap sampah. Sampah adalah musuh tanaman mangrove, karena sering menyangkut di mangrove muda yang baru ditanam lalu menyeretnya ke laut lepas.
“Kompleksitas itulah yang membuat keluarga besar Stacia kian termotivasi, dan itulah dasar kami membentuk Kelompok Stacia Hijau, atau KSP pada bulan Mei lalu,” kata Fatih.
Mengenalkan Muhammadiyah
Kelompok Stacia Hijau adalah wadah yang memiliki badan hukum sendiri. Namun tetap berada dibawah Stacia. Pengurusnya anggota Stacia dari berbagai generasi. Mereka bergiliran bekerja di kawasan konservasi. Kendati tidak digaji, mereka menjalankan KSP secara profesional, ekonomis, dan militan. Mereka sadar, KSP membawa misi besar yang harus dikerjakan sungguh-sungguh selama bertahun-tahun.
Untuk sampai ke lokasi penanam mangrove di muara Cisadane, KSH harus memiliki dermaga dan sarana f isik lainnya. Ide ini membuat mereka mulai melakukan pendekatan kepada warga Tanjung Burung. Menurut Fatih, pendekatan kepada warga, perlu perjuangan khsusus. Warga yang bermukim disekitar muara Cisadane terkenal keras, dan sensitif terhadap pendatang.
“Warga disini sering dikadalin LSM. Jadi mereka curiga kepada lembaga yang datang. Mereka juga skeptis terhadap KSH. Tetapi setelah KSH selesai membangun dermaga, mushola, serta sumur bor lengkap dengan MCK, warga mulai percaya dengan niat baik KSH. Warga malah ikut membantu. Sekarang hubungan KSH dengan warga desa Tanjung Burung sangat kondusif,” lanjut Fatih.
Dermaga, sumur, MCK, dan mushola yang dibangun tepat di tepi sungai Ciliwung, ungkap Fatih, adalah pekerjaan kedua KSH. Sebelumnya mereka telah menanam ribuan mangrove. Anggaran membangun semua sarana itu dari iuran anggota Stacia dan donasi beberapa pihak. Dikerjakan gotong bersama warga. Fungsinya selain sebagai titik awal menuju area penananam mangrove, juga sebagai lokasi pemberdayaan ekonomi dan budaya masyarakat Tanjung Burung.
“Masyarakat di sepanjang sungai Cisadane terbiasa membuang sampah dan MCK disungai yang kotor” kata Fatih sambil menunjuk sungai Cisadane yang airnya keruh, sedikit berbau, dan tak pernah sepi dari hanyutan sampah rumah tangga. Volume sampah hanyut ini meningkat bila ada hujan.
Senada dengan Fatih, Roy menjelaskan, KSH memanfaatkan sumur dan MCK sebagai sarana untuk mengedukasi warga agar terbiasa MCK di air sehat dan tak lagi membuang sampah di sungai. Sekarang warga disekitar sini lebih suka antri di MCK yang dibangun KSH daripada mandi di sungai.
Lahan sisa membangun empat sarana tadi dimanfaatkan KSH untuk pembibitan mangrove dan pengelolaan sampah. Pembibitan dikerjakan bergiliran oleh ibu-ibu warga Tanjung Burung. Di lahan ini juga direncanakan menjadi sentral peternakan cacing tanah dengan memanfaatkan sampah yang telah dikelola. Sekarang KSH sedang mencari jaringan bisnis cacing tanah. KSH juga mengajak coprporate untuk investasi memberdayakan ekonomi warga Tanjung Burung.
“Sedangkan mushola kami jadikan sarana ibadah bersama warga. Mushola ini rencananya akan dikelola bersama remaja masjid setempat. Karena warga Tanjung Burung belum mengenal Muhammadiyah, mushola kami maksimalkan pula sebagai entry point memberi pencerahan tentang Muhamadiyah,” terang Roy.
Dibawah Mushola lanjut Roy, sudah dibangun dermaga untuk menuju lokasi penananam mangrove. Jarak tempuhnya sekitar setengah jam perjalanan air. Tetapi bisa lebih lama jika sungai sedang banyak sampah. Sampah sering menyangkut di baling-baling perahu.
Pusat Pelatihan Mangrove
Lahan konservasi mangrove di muara Cisadane yang dikelola KSH luasnya 24 Hektar. Sampai saat ini KSH telah menanam 15 ribu mangrove.
“Tetapi hampir separuhnya rusak dan hilang karena diterjang sampah,” ungkap Fatih.
Situasi itu justru memicu mereka untuk kian gigih menanam mangrove sambil menjalankan program penunjangnya, karena mangrove sangat bermanfaat bagi kelangsungan mahluk hidup.
Menurut Fatih, hutan mangrove berfungsi melindungi pantai dari erosi dan abrasi. Mencegah intrusi air laut. Tempat berkembang biak ikan, udang, kepiting, burung, monyet. Melindungi pemukiman penduduk dari badai, angin laut, dan gelombang pasang. melindungi daratan dari naiknya air laut akibat gas rumah kaca. Serta sebagai tempat wisata dan edukasi.
Saat ini hutan mangrove di Indonesia banyak yang rusak, tetapi baru sedikit pihak yang peduli. Hal ini kata Fatih karena masih banyak yang belum paham tentang mangrove dan fungsinya.
“Berangkat dari situasi itulah KSH akan menjadikan muara cisadane sebagai Pusat Pelatihan Mangrove Muhammadiyah,” Kata Fatih.
Diberi nama seperti itu, karena anggota Mapala sebagai kader Muhammadiyah memiliki tanggung jawab untuk memberi pencerahan kepada masyarakat. Pusat pelatihan akan mengedukasi siapa saja agar paham dan peduli terhadap hutan mangrove. Edukas dimulai dari teori, teknis pembibitan, cara menanam, budidaya, hingga memahami fungsi ekonomis dan ekologis tanaman mangrove. Usai mengikuti pelatihan, mereka kembali ke daerah asalnya untuk menerapkan ilmunya disana.
Selain itu lanjut Fatih, KSH terbuka bagi semua pihak untuk sama-sama membangun kawasan konservasi mangrove yang telah dikelola KSH. Mereka juga dipersilahkan untuk berpartisipasi di bidang pemberdayaan ekonomi, pengembangan SDM, keagamaan, atau di sektor sosial lainnya.
“Menanam mangrove serta membangun program pendukungnya perlu orang banyak, dan butuh kerjasama banyak pihak dari berbagai latar belakang. Stacia tidak akan mampu bekerja sendiri. Kami butuh pihak lain,” kata Fatih.
Terhadap ajakan KSH, pengurus SAR Mapala Muhammdiyah Indonesia, Tia Septiyani dari Camp STIEM Jakarta, mengaku sangat mengapresiasi kerja sosial KSH yang terencana baik dan dijalankan secara profesional. Sebagai dukungan SAR Mapala Muhammdiyah Indonesia akan mendampingi KSH di bidang keselamatan dan penyelamatan.
“Insya Allah kami akan menyelenggarakan pelatihan SAR untuk warga Tanjung Burung dan peserta edukasi mangrove. Pelatihan ini juga realisasi dari amanat Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, bahwa kegiatan SAR Mapala Muhammdiyah Indonesia adalah implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian pada masyarakat,” demikian kata Tia Septiani. (Ahyar Stone)