Category: Edukasi

Rinanto : Saya Ingin Menjadi Pribadi yang Bermanfaat

Untuk ukuran postur mahasiswa, postur aktivis pecinta alam bernama Rinanto ini, tidak termasuk tinggi. Alias masuk kategori rata-rata. Tetapi soal aktivitas di kampus, Antok – demikian Rinanto akrab disapa – memilik jam terbang tinggi, alis diatas level rata-rata mahasiswa era kekinian.

Seolah tak ingin membuang waktu, sejak semester awal menimba ilmu di Ushuludin Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Antok langsung masuk Unit Tapak Suci UMS. Kemudian, pemuda asal desa Ujung Sari, Wonotunggal, Batang, Jawa Tengah ini, bergabung di  Hizbul Wathan (HW). Lalu ikut Malimpa.

Di Malimpa, prestasi anak pasangan Wajari dan Tarmunah ini termasuk mentereng. Tatkala masih anggota muda – posisi terbawah di jenjang keanggotaan Malimpa – Antok yang baru sekali mendaki gunung, yaitu Lawu, terpilih mewakili Malimpa mengikuti ekspedisi gabungan mendaki puncak gunung tertinggi di Indonesia, Cartensz Pyramid di Papua.

Untuk Malimpa, keinginan mengirim anggota ke puncak salju yang merupakan salah satu gunung  Sevent Summits dunia, telah dirintis sejak tahun 1992. Harapan tinggi itu baru terwujud dua puluh tahunan kemudian, ketika Antok berhasil berdiri gagah sambil mengibarkan bendera Malimpa di puncak buruan para pendaki dunia tersebut.

Sebagaimana laiknya pendaki hebat yang kian rendah hati usai mendaki gunung-gunung ekstrim, demikian halnya dengan anak tertua dari dua bersaudara ini.  Berhasil menggapai puncak  tertinggi, tidak lantas membuat Antok tinggi hati. Ia justru mengagumi para senior Malimpa-nya.

“Yang hebat bukan saya, tetapi para senior saya di Malimpa. Para senior yang sebagian besar belum saya kenal, berjuang habisa-habisan untuk saya, dan mempercayakan impian puluhan tahun mereka ke pundak saya. Tanpa mereka saya tidak akan berada di puncak Cartensz. Mereka yang lebih pantas dikagumi”, kata Antok

Pasca mendaki Cartensz,  Intensitas keaktifan Antok di Malimpa meningkat drastis. Tetapi aktivitasnya berlatih jurus – jurus indah bela diri dengan sesama pendekar muda tapak suci, dan mengasah kemampuan di organisasi kepanduan, tetap dijaganya dengan baik.

Aktif di tiga unit kegiatan mahasiswa secara serempak, bukan berarti hari-hari dalam hidup antok cuma berkutat seputar kuliah dan kegiatan mahasiswa. Antok juga harus bekerja paruh waktu untuk menafkahi hidup dan membiayai kuliahnya.

“Menjadi mahasiswa yang aktivis kampus dari keluarga ekonomi pas-pasan memang berat. Tetapi semua itu tidak membuat saya kehilangan semangat untuk menjadi pribadi yang bermanfaat”,  ujar Antok.

Agaknya ingin “Menjadi pribadi yang bermanfaat”, bukan sekedar semboyan hidup pemanis obrolannya. Antok benar-benar melakukannya dengan militansi tinggi. Atas dasar “Menjadi pribadi yang bermanfaat”, beberapa kali Antok harus pindah tempat kerja. Antok rela terseok-seok mencari kerja baru lantaran pekerjaan lama bentrok dengan jadwal kuliah dan kegiatannya di HW, Tapak Suci, dan Malimpa.

Usai menjadi Pengurus di Tapak Suci, dan Ketua Umum HW UMS, Antok terpilih menjadi Ketua Umum Malimpa. Lepas dari memimpin Malimpa, Antok menjadi pengurus BEM UMS. Pada saat yang sama, Antrok juga aktif di Vertical Rescue Indonesia.

Di organisasi yang dipimpin pemanjat tebing International Tedy Ixdiana ini, Antok dipercaya membawahi Vertical Rescue area Jateng DIY. Selain itu, Antok terpilih menjadi Pengurus Pusat HW. Antok juga sering menjadi narasumber aneka kegiatan mahasiswa atau lembaga-lembaga sosial di Solo dan sekitarnya. Pergaulan Antok luas. Temannya ada dimana-mana. Tetapi Antok tetap rendah hati.

Di era kepemimpinan Antok, Malimpa meraih banyak prestasi mengagumkan. Di era Antok pula, Malimpa menandatangani rekomendasi Jambore Malang 2013, tentang mendirikan SAR Mapala PTM.

“Dulu saya menandatangani rekomendasi Malang, sebagai Ketua Umum Malimpa. Makanya diawal berdirinya SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia (SARMMI), kendati sudah mantan Ketua Umum, saya langsung terlibat aktif”, kenang Antok.

“SARMMI adalah impian aktivis Mapala PTM sejak belasan tahun lalu. Saya merasa memiliki tanggung jawab moral untuk ikut bahu membahu mewujudkan impian lama itu”, papar Antok.

Hari Sabtu lalu (11/3). Antok Wisuda sebagai Sarjana Agama (S Ag) di UMS. Kepada beberapa pengurus SARMMI yang datang mengucapkan selamat, Antok mengatakan akan tetap mengurus SARMMI.

“Dengan lulus kuliah, saya bisa lebih leluasa mengurus SARMMI sebagai anggota Divisi Operasional. Selembar ijasah sarjana tidak akan membuat aktifitas kemanusiaan saya terhenti. Justru kian melebarkan kesempatan saya menjadi pribadi yang bermanfaat bagi siapapun”, ungkap Antok penuh semangat. (Fafa dan AS)

Calon Anggota Mapala UMSB : Diksar Mengubah Karakter Kami


Pecinta alam adalah pendidikan karakter yang paling baik. Idiom ini tak berlebihan, karena empat pilar pendidikan karakter yaitu, olah pikir, olah hati, olah raga, dan olah rasa, yang menjadi muatan di kegiatan pecinta alam, tak sekedar dapat memperbaiki karakter mereka yang sudah aktif di organisasi pecinta alam bernama Mapala. Bahkan, seorang yang masih dalam proses menjadi anggota Mapala, telah merasakan manfaat mengikuti kegiatan pecinta alam. Karakter mereka langsung membaik saat itu juga.

Adalah pengalaman Tuistin Darwati dan empat temannya yang mengikuti Pendidikan Dasar (Diksar) Mapala Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB). Selama enam hari mengikuti Diksar di hutan Kanagarian Sungai Bangek, Koto Tangah, Padang, pada akhir Februari lalu,  Titin – demikian Tuistin Darwati biasa disapa – mengaku  mendapat banyak pelajaran berharga yang membuatnya berubah dalam menjalani hidup.

Titin tertarik ikut Diksar, bermula dari pengalamannya mendaki gunung Marapi dan Singgalang. Seperti umumnya pendaki pemula dari Sekolah Menengah, Titin kala itu berharap mendapati pemandangan eksotis sambil mendengar nyayian indah burung – burung cantik penghuni hutan di dua gunung yang popular di Sumatra Barat tersebut.

Namun harapan Titin pupus. Yang ia temui justru tumpukan sampah di sepanjang jalur pendakian hingga ke puncak gunung. Burung pun tak terlihat, apalagi yang bernyanyi. Hanya hentakan musik dang dut yang didengar Titin dari handphone beberapa pendaki amatir seperti dirinya.

“Parahnya lagi” kata Titin mengingat, “Banyak orang yang mengambil Eidelwess. Jumlahnya tak tanggung-tanggung, seplastik besar. Impian saya melihat keelokan gunung dan mendengar suara-suara alami, kandas. Saya sedih. Benar-benar sedih”.

Titin Sadar, kesedihan tidak akan menuntaskan masalah apapun. Ribuan ratapan tidak akan menjadikan gunung bebas dari sampah plastik. Jiwa pedulinya terusik.  Idealisme mulai menyala. Si belia Titin ingin melakukan sesuatu, dan langkah itu dimulainya dengan mendaftar menjadi anggota Mapala.

“Saya suka mendaki dan peduli pada gunung beserta kehidupan yang ada disana. Mapala tempat yang baik untuk menampung keinginan saya melakukan sesuatu untuk alam yang saya cintai, Itulah kenapa saya masuk Mapala“, kata Titin berapi-api.

Berbeda dengan Titin yang masuk Mapala lantaran didorong pengalaman nyata dari pendakian, empat teman Titin sesama peserta Diktsar yaitu Hayatul Fikri, Rahmat Fauzi, Ravia Sisaka, dan Remon, mengaku masuk Mapala disamping bertujuan memperbaiki diri, dan juga urusan perkuliahan.

Hayatul Fikri, pemuda berbadan kerempeng ini mengaku mengikuti Diksar karena ingin belajar lebih terbuka dalam bergaul.  “Saya tipikal tertutup yang cenderung gampang  putus asa”, kata Fikri mengungkap dirinya.

“Saya dengar, dimanapun anak-anak pecinta alam berada, suasananya pasti penuh canda.  Mereka terbuka, tangguh, dan solidaritasnya tinggi. Saya ingin berada di tengah mereka, agar saya ikut berjiwa terbuka, dan tidak mudah menyerah”, kata Fikri.

Ravia Siska lain lagi alasannya. Mahasiswi berkulit agak gelap ini mengaku masuk Mapala, bukan untuk gagah-gagahan. Tetapi untuk berlatih madiri, dan ingin mengetahui hal-hal baru yang selama ini asing baginya.

Sementara Remon dan Rahmat Fauzi, disamping alasan-alasan personal, mereka masuk Mapala juga dilatari faktor akademis.

“Saya kuliah di kehutanan. Selama kuliah hingga setelah lulus, aktivitas saya tidak akan jauh dari hutan belantara. Hanya ilmu di Mapala yang paling dekat dengan aktivitas ini. Selain  itu,  saya ikut Mapala juga ingin belajar memimpin”, kata Rahmat Fauzi.

Fauzi menuturkan, tiap hari peserta Diksar berjalan menyusuri hutan menuju titik tertentu tempat materi Diklatsar diberikan instruktur. Setiap hari pula peserta diwajibkan bergiliran menjadi ketua regu.

“Ketika giliran menjadi ketua, saya baru  paham, menjadi pemimpin membutuhkan kesabaran, kepedulian, dan harus bersikap optimis. Dari Diksar ini pula saya tahu, untuk masuk hutan, perlu persiapan khusus. Ini pengalaman berharga bagi saya selaku mahasiswa kehutanan”, kata Fauzi.

Selama Diksar, peserta benar-benar diuji terutama oleh alam, dan tidak semuanya tabah. Suhu dingin, guyuran hujan, kelelahan, dan rasa lapar yang mendera, membuat Hayatul Fikri berniat mundur pada hari keempat. Barang pribadi dikemasi, dan tanda peserta dicopotnya. Ia tahu resiko peserta yang mengundurkan diri, yaitu gagal jadi anggota Mapala. Tetapi Fikri siap menerima resiko buruk ini.

Ketika dipamiti Fikri, Remon sambil menekan haru berupaya memotivasi Fikri agar melanjutkan Diksar yang tinggal dua hari. Ia berharap Fikri batal mundur. Teman yang lain juga berusaha mencegah Fikri.

Tekad Fikri yang sudah membatu, perlahan mencair. Kali ini justru ia yang terharu mendapat perhatian tulus teman-temannya. Fikri lantas mengalungkan kembali scraf tanda peserta. Fikri bertekad melanjutkan Diksar hingga usai.  Ia akan lawan sikap melankolisnya.

Alam memang memberikan pelajaran berharga dengan cara menyediakan segala kemungkinan bagi mereka yang mendatanginya. Akibat berjalan dengan sepatu basah, telapak kaki Remon terserang kutu air, dan juga lecet-lecet. Remon yang selama ini tangguh, tumbang pada hari kelima Diksar. Kakinya sukar melangkah. Jika dipaksa, sakitnya minta ampun.

Sekarang gantian Fikri yang memotivasi Remon. Fikri bahkan tak keberatan memapah Remon, walaupun ia juga kelelahan. Ia ingin Remon tetap tegar, dan upayanya itu berhasil. Remon terus melangkah, kendati sesekali meringis.

Selama empat hari di kerimbunan hutan Kanagarian Sungai Bangek, ikatan emosional sesama peserta mulai menguat, dan cara terbaik untuk  menjaga keutuhan adalah saling peduli. Ini disadari Siska. Ia hapal, Titin cenderung pendiam dan sering mengalah. Tetapi Siska tidak ingin mengambil keuntungan dari sikap temannya ini.

Ketika dalam materi survival training (belajar teknik bertahan hidup) mereka menemukan setandan pisang hutan, atau berhasil menangkap beberapa ekor ikan kecil di sungai dekat hutan, Siska acapkali mempersilahkan Titin makan duluan.

Akan halnya Titin, diperlakukan sedikit berbeda tak membuatnya merasa istimewa. Ia beberapa kali duluan menyantap hidangan sederhana yang dimasak secara gotong royong, tetapi dalam batas sekedarnya. Titin tahu mereka disini sama-sama kelaparan.  Ia tak tergiur kenyang sendirian.

“Diksar membuat kami mengerti perlunya peduli, dan berbagi manfaat kepada teman. Hutan ini juga membiasakan kami menghargai apapun makanan yang kami temukan”, kata Titin.

Tadi, kata Titin, Siska bercerita padanya, selama ini Siska kerap membeli nasi bungkus porsi besar di warung dekat kost. Karena tidak habis, sisanya langsung masuk tong sampah. Sepulang Diksar, Siska akan menghentikan kebiasaannya membuang sisa makanan. Setiap ke warung, Siska akan membeli nasi secukupnya, agar tak ada yang terbuang.

Siska mungkin tidak mendengar yang Titin ceritakan. Lelah dan dingin membuatnya tak kuat menahan kantuk. Ia tertidur di bahu Titin. Sementara Titin berusaha tetap terjaga, dan jangan sampai menggigil. Titin berbuat demikian agar Siska  tetap nyaman bersandar di bahunya yang basah kuyub karena diguyur hujan.

“Diksar membuat rasa cinta saya ke alam, tambah kuat. Alam adalah guru kita. Jika alam rusak, manusia akan kehilangan tempat belajar” kata Titin.

Adanya perubahan – perubahan pada peserta Diksar, dibenarkan oleh seorang senior Mapala UMSB. Rofil Febianda Effendi. Sejak mendapat materi kelas khas Mapala seperti mendaki gunung, survival, navigasi, panjat tebing dan sebagainya, Rofil telah melihat, sedikit demi sedikit karakter peserta membaik.

“Kendati Diksar belum usai,  peserta telah mengalami perubahan pada dirinya. Yang kurang peduli, menjadi peduli. Yang cengeng menjadi tangguh. Yang egonya tinggi, sekarang memiliki solidaritas. Perubahan ini kian menegaskan, kegiatan pecinta alam memang pendidikan karakter yang terbaik”, demikian kata Rofil yang juga dikenal sebagai aktivis penyelamat Siamang di belantara Sumatera Barat.  (Ahyar Stone)

 

Wakil Rektor 3 UMSB : Workshop Nasional SARMMI, Ikut Mengangkat UMSB dan pamor Muhammadiyah Sumbar

Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB) mendukung penuh kegiatan Workshop Nasional yang diselenggarakan Mapala UMSB bersama SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia di kampus UMSB. Dukungan diberikan karena kegiatan itu turut mengangkat nama kampus dan pamor Muhammadiyah di Sumatera Barat.

Demikian kata Wakil Rektor 3 UMSB. Ir. Hariadi, M. Eng.  Di pertemuan dengan Sekretaris Umum SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia (SARMMI), Ahyar Hudoyo, di rektorat UMSB. (4/3)

Hanya saja, lanjut Haryadi, karena UMSB tergolong kampus yang belum besar, dukungan finansial yang diberikan tidak bisa maksimal. Untuk menyiasati kekurangan, UMSB mengijinkan panitia menggunakan fasilitas yang ada di kampus.

Dikatakan pula oleh Haryadi, kendati panitia pelaksana adalah Mapala UMSB. “ Tetapi secara luas tuan rumah kegiatan adalah seluruh warga kampus UMSB, dan kami siap menjadi tuan rumah yang baik”, kata Hariadi.

“Ini kerja kita bersama-sama. Hanya bentuk kerjanya yang berbeda. Walaupun banyak kekurangan, Mapala UMSB harus tetap semangat agar kegiatan ini terlaksana. Sehingga UMSB menjadi besar seperti kampus Muhammadiyah lainnya”, kata Hariadi.

Menanggapi Hariadi, Ahyar mengatakan, salah satu tujuan Pengurus Pusat SARMMI mengangkat Mapala UMSB sebagai tuan rumah, adalah agar UMSB dikenal lebih luas oleh publik.

Kegiatan mahasiswa kata Ahyar, merupakan promosi kampus yang paling efektif. Workshop Nasional di kampus UMSB akan menjadi perhatian banyak pihak. Efek ke depannya, UMSB menjadi besar.

Kedatangan Ahyar dari Kantor Pusat SARMMI di Solo, Jawa Tengah, ke UMSB di Padang, selain untuk membahas penyelenggaraan Workshop Nasional Operasi SAR Bencana Alam,  ke pihak rektorat UMSB, adalah dalam rangka up grade panitia dan melakukan pendampingan terhadap kerja – kerja kepanitian.

Mendampingi Ahyar ke rektorat adalah Ketua Umum Mapala UMSB. Ahmad Haryono, beserta Ketua Divisi Operasional  SARMMI. Wawan Siswyo.

Workshop Nasional Operasi SAR Bencana Alam diselengggarakan pada 25 – 26 Maret 2017. Acara yang akan diikuti Mapala se Indonesia, mahasiswa non Mapala, dan pelajar di kota padang, merupakan kegiatan perdana tingkat Nasional  bagi Mapala UMSB. belum berpengalaman justru membuat anggota Mapala UMSB terpacu bekerja lebih giat.

“Menyelenggarakan kegiatan merupakan ajang pembelajaran. Sejauh yang saya lihat, anggota Mapala UMSB telah bekerja dengan baik, sehingga banyak nilai edukasi yang mereka dapat selama proses kegiatan ini. Usai Workshop, Mapala UMSB akan terbiasa menyelenggarakan event skala besar, dan tentu saja ini bagus untuk membangun masa depan kampus UMSB”, tutup Ahyar.  (Elis Farwati) 

Kepala BPBD Sumatra Barat, Dukung Workshop Nasional SARMMI di Padang

Rencana SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia (SARMMI) bersama Mapala UMSB menggelar Workshop Nasional Operasi SAR Bencana Alam, di Padang. Sumatra Barat. 25 – 26 Maret 2017. Mendapat apresiasi yang baik dari Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatra Barat, Nasridal Patria. (28/2)

Kepada Ketua Umum Mapala UMSB, Ketua Panitia Workshop Nasional Gusti Ramazil Aziz, serta dua Pengurus Pusat SARMMI masing-masing Ahyar Hudoyo, dan Wawan Siswoyo, yang menemuinya di Kantor BPBD, Nasridal mengatakan, Workshop Nasional ini sangat tepat diselenggarakan di Padang.

“Ini daerah paling rawan bencana. Adanya kegiatan ini akan menambah jumlah insani peduli yang akan berpartisipasi dalam penanganan bencan alam baik di Sumbar maupun daerah-daerah lain di tanah air”, kata Nasridal.

Sebagai bentuk dukungan kata Nasridal, “BPBD Sumbar siap menjadi instruktur Gladi Lapang, menyediakan perahu karet beserta perlengkapan, dan saya bersedia ikut menandatangani Piagam Penghargaan untuk peserta Workshop Nasional”

Hanya saja, lanjut Nasridal, BPBD Sumbar tidak dapat membantu secara finansial. “Sesuai aturan, BPBD Sumbar tidak boleh memberikan bantuan berbentuk uang kepada pihak manapun. Namun kami membantu dalam bentuk lain”.

Selain BPBD. Dukungan serupa juga datang dari Badan SAR Daerah (BASARDA) Sumatra Barat, dan Palang Merah Indonesia (PMI) Sumatra Barat. Kedua lembaga kemanusiaan ini siap menjadi indtruktur, meminjamkan peralatan untuk simulasi di sesi Gladi Lapang serta menyediakan mobil Ambulance.

Baik BPBD, maupun BASARDA dan PMI, sama-sama berharap, usai kegiatan ini komunikasi dan kerjasama dengan SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia dan Mapala UMSB, tetap berlanjut.

Workshop Nasional Operasi SAR Bencana Alam, akan diselengggarakan pada 25 – 26 Maret 2017. Workshop ini merupakan kegiatan perdana tingkat Nasional SAR Mapala Muhamadiyah Indonesia. Pada kegiatan perdana ini, Mapala UMSB dipercaya sebagai penyelenggara.

Mapala UMSB merupakan salah satu Mapala di Perguruan Tinggi Muhammadiyah se Indonesia yang memiliki potensi untuk berkembang dan  besar. Mereka berada di wilayah paling rawan bencana alam di Indonesia.  Inilah antara lain alasan  SAR Mapala Muhamadiyah Indonesia mempercayakan kegiatan Nasionalnya ke Mapala UMSB. (AS)

Ketua Komisi 4 DPRD Sumbar Sambut baik Workshop Nasional SARMMI di Padang.


Penanganan bencana alam, mulai dari pencegahan hingga pasca bencana, harus melibatkan semua pihak. Baik Pemerintah di daerah bencana, maupun Pemerinah Pusat, serta kalangan yang peduli bencana alam.

Demikian kata Ketua Komisi 4 DPRD Provinsi Sumatra Barat HM. Nurnas, ST. Ketika menerima kedatangan Ketua Umum Mapala Univ. Muhammdaiyah Sumatra Barat(UMSB) Ahmad Haryono, beserta dua Pengurus Pusat SARMMI, yakni Ahyar Hudoyo, dan Wawan Siswyo.  Di gedung DPRD SUmbar. (27/2)

Turut pula dalam rombongan adalah Ketua Panitia Workshop Nasional Operasi SAR Bencana Alam, Gusti Ramazil Aziz.

Menurut Nurnas, hingga sekarang penanganan bencana alam di Indonesia, belum seideal seperti di Negara lain yang juga merupakan daerah rawan bencana. Ada banyak faktor mengapa di Negara kita belum seperti mereka. Diantaranya adalah kurangnya komunikas antara pusat dengan daerah, serta belum maksimalnya keterlibatan semua pihak.

“Karena itulah pelatihan Nasional yang akan SAR Mapala Muhamadiyah Indonesia selenggarakan di Padang, sangat tepat. Sumatra Barat merupakan daerah paling rawan bencana”, lanjut Nurnas.

“Mudah-mudahan dengan mengundang pihak dari Pusat sebagai pembicara, serta menghadirkan kalangan Mapala dari seluruh Indonesia sebagai peserta, langkah untuk menuju kondisi ideal penanganan bencana alam Indonesia, dapat terwujud”, harap Nurnas.

“Hanya saja kami selaku legislatif, tidak bisa membantu kegiatan ini. Mudah – mudahan pihak eksekutif bisa membantu acara yang sangat baik ini”,

Workshop Nasional Operasi SAR Bencana Alam, akan diselengggarakan pada 25 – 26 Maret 2017. Mapala UMSB akan bertindak sebagai tuan rumah kegiatan perdana tingkat Nasional SAR Mapala Muhamadiyah Indonesia. (AS)

PR. 3 UMSB. Haryadi : Mapala Harus Senantiasa Menjaga Nama Baik Muhammadiyah


Tangguh menghadapi keterbatasan, penuh semangat kebersamaan, cinta tanah air, dan senantiasa menjaga nama baik Muhammadiyah dimanapun berada, merupakan karakter khas anggota Mapala UMSB.  Demikian kata Pembantu Rektor 3 Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat (UMSB), Ir. Haryadi, M. Eng. Dalam sambutannya di acara pelepasan peserta pendidikan dasar (Diklatsar) Mapala UMSB ke 14, di halaman gedung Pasca Sarjana UMSB. (27/2)

Turut hadir dalam acara adalah tiga pengurus Pusat SAR Mapala Muhammadiyah. Masing – masing Ahyar Hudoyo, Wawan Siswoyo, Ipo Eigha. Para instruktur Pendidikan Dasar. Pengurus Mapala UMSB, dan tamu undangan dari Unit Resimen Mahasiswa, Tapak Suci, Unit Seni, serta unit kemahasiswaan lain di UMSB.

Di kegiatan pecinta alam, lanjut Haryadi, terdapat banyak pelajaran yang bermanfaat bagi mahasiswa. Umpamanya dalam Diklatsar, peserta akan belajar manajemen diri sendiri, yaitu meningkatkan kemampuan mengelola kehidupan pribadi untuk menggapai cita-cita.  Belajar berorganisasi secara baik dan tepat, belajar mengembangkan sikap percaya diri, serta belajar untuk senantiasa bersyukur pada Sang Maha Pencipta.

“Mengikuti  Mapala, berarti belajar hal-hal positif, dan sekaligus mengimplemantasikannya di kehidupan sehari – hari, baik kampus maupun di masyarakat. Saya ucapkan selamat kepada peserta Diklatsar, karena telah memilih Mapala sebagai ajang mengembangkan potensi diri “, kata Haryadi.

Kepada peserta Diklatsar, Haryadi juga berpesan, agar dimanapun berada harus berperilaku sebagaimana layaknya kader Muhammadiyah.

Setelah Diklatsar ananda semua, kata haryadi menyebut ananda bagi peserta Diklatsar, akan menjadi anggota Mapala. Dengan begitu ananda memiliki kewajiban untuk menjunjung tinggi nama baik Muhammadiyah. Di gunung yang sepi, atau di tengah keramaian, ananda harus tetap menunjukan perilaku Muhammadiyah, sebagaimana yang dicontohkan senior kalian di Mapala”, pesan Haryadi.

Usai acara pelepasan, peserta langsung longmarch (jalan jauh) dari kampus menuju hutan Sungai Banget. Koto Tangah. Padang. Menurut ketua Mapala UMSB. Ahmad Haryono. Kawasan hutan bertipe sekunder itu dipilih sebagai lokasi materi lapangan pendidikan dasar, karena ada sungai , banyak tumbuhan yang dapat dimakan, namun tidak ada hewan berbahaya.

Setelah masuk hutan, peserta mendirikan bivouc, atau membuat tempat bermalam dari bahan seadanya tanpa merusak lingkungan hutan. Materi bivouc, kata Haryono, mengajarkan nilai kebersamaan, kreativitas, pantang mengeluh, serta pentingnya berpikir positif dalam segala situasi.

Hari berikutnya peserta akan diberi materi navigasi darat, cara bertahan hidup atau survival, dan materi lain di kegiatan pecinta alam. Selain itu, diberikan pula materi keagamaan yang meliputi teknik mengetahui arah kiblat dengan memanfaatkan tumbuhan hutan, cara berwudhu jika air terbatas, serta sholat dalam kondisi darurat.

“Peserta akan berada di hutan selama enam hari. Selama itu pula mereka tetap menjalankan sholat lima waktu. Nanti, setelah pulang ke rumah, meraka pasti akan tetap rajin sholat. Karena mereka telah membuktikan pada diri sendiri.  Mereka mampu menjaga ibadah walaupun dalam kondisi terbatas dan serba berat. Apalagi jika ibadah di rumah yang serba nyaman. Sholat pasti terasa ringan dilakukan”, demikian kata Haryono. (Ahyar Stone)

Banjir Surut. SAR Mapala Muhammadiyah Akhiri Operasi di Brebes.

0008

Banjir di Kabupaten Brebes sudah surut.  Sekitar 5 000 warga yang semula mengungsi ke sejumlah tempat aman, telah kembali ke rumah.

Terjadinya banjir di Brebes, disebabkan oleh jebolnya empat titik tanggul penahan air sungai Pemali. Tanggul jebol lantaran tidak kuat menahan limpahan air hujan deras yang turun merata di wilayah Brebes (16/2).

Akibatnya, 12 desa di tiga kecamatan yakni Brebes, Jatibarang, dan Wanasari terendam air setinggi setengah hingga satu setengah meter. Ribuan warga dievakuasi ke 10 posko pengungsian. Kini semua pengungsi sudah meninggalkan posko pengungsian.

“Karena situasi mulai kondusif, hari ini kami menyudahi Operasi SAR di Brebes”, demikian keputusan Kordinator Lapangan SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia, Nurdin Leasy, di halaman Posko Penanggulangan Banjir Gedung DPRD Kabupaten Brebes (21/2)

SAR Mapala Muhammadiyah, kata Nurdin,  tiba pada hari kedua bencana. Disamping menyisir desa-desa terdampak banjir, Tim SAR Mapala Muhammadiyah juga mendata  kesehatan dan kebutuhan warga selama berada di pengungisan, mencermati kondisi tanggul sungai Pemali, serta sistem penanganan bencana banjir di Brebes.

0003

“Sekarang masih musim hujan. Tanggul yang jebol hendaknya segera diperbaiki secara permanen agar lebih kokoh dari sebelumnya. Bila perbaikan cuma bersifat darurat, sangat rawan kembali jebol dihantam luapan hujan”, papar Nurdin.

“Untuk ke depan, managemen kebencanaan di Brebes tampaknya harus dirapikan lagi. Sehingga semua pihak yang terkait penanganan bencana, terkordinir dan sinergis”, demikian kata Nurdin yang berpengalaman mengikuti operasi SAR di berbagai bencana alam di tanah air.

Sependapat dengan Nurdin, seorang anggota tim SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia yang berasal dari Mapala Stacia Universitas Muhammadiyah Jakarta, Cicih Handika berujar, semua pihak khususnya dari instansi Pemerintah di Brebes, hendaknya dalam menangani bencana alam, ada kordinasi dan pertukaran informasi agar semuanya upadate informasi terkini di lapangan.

“Tetapi kita percaya, manajemen kebencanaan di Brebes ke depannya pasti lebih baik. Pihak – pihak terkait di Brebes pasti belajar banyak dari banjir ini”, kata Cicih berharap. (AS)

CAMP Gelar Edukasi Bencana “Don’t natural disaster

Hingga hari ini beberapa titik di Jakarta masih langganan banjir. Sayangnya tidak semua warga Ibukota memahami cara yang baik dan benar menyelamatkan korban banjir.

Sadar situasi itu, Civitas Academica Muhammadiyah Pecinta Alam (CAMP) STIE Muhammadiyah Jakarta bekerjasama dengan Badan SAR Nasional (BASARNAS), gerak cepat mengedukasi warga melalui seminar penanggulangan bencana berthema, “Don’t natural disaster continues’.

Hadir sebagai pembicara di acara yang diselenggarakan di Aula Serba Guna Kampus II STIE Muhammadiyah Jakarta, 4 Februari 2017, adalah Sony Maulan SH. Ahmad Nur Iman, dan Lesmana Fajar Ginting.

MUn CAMP 1

Dihadapan peserta seminar yang berasal dari kalangan Mapala, Sispala, PMR. Hizbul Wathan, serta penggiat kebencanaan, ketiga pakar diatas bergantian menyampaikan konsep pengurangan bencana, tindakan pertolongan pada tanggap siaga bencana sesuai kapasitas dan teknik membawa korban secara baik dan benar, serta hal lain yang terkait dengan teknik Search and Rescue (SAR)

Dengan mengikuti seminar ini, kata ketua panitia seminar, Almumtahanan, diharapkan tumbuh sikap peduli yang kuat terhadap sesama, terutama dalam menghadapi bencana alam yang terjadi di sekitar kita. (Elis Farwati)

SARMMI berdampak Positif untuk Mapala di Muhammadiyah

Alpiniste

SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia (SARMMI) hanyalah asosiasi, atau Sekretariat Bersama (Sekber) potensi SAR Mapala di Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) se Indonesia. Bukan meleburkan semua potensi SAR Mapala PTM ke wadah tunggal bernama SARMMI, demikian kata Sekretaris Umum SARMMI, Ahyar Hudoyo, di kunjungannya ke Sekretariat Mapala Alpiniste STIE Achmad Dahlan Jakarta. (29/1)

“Sebagai Sekber, SARMMI tidak memerintahkan Mapala PTM mengikuti Operasi SAR. Melainkan sekedar memberitahu. Mapala boleh ikut atau tidak mengikuti operasi SARMMI. Bagi Mapala yang ikut, SARMMI mengharapkan mereka memaka atribut Mapala-nya. Agar terlihat keberagaman kita”, jelas Ahyar

Selain operasi SAR, lanjut Ahyar, kegiatan SARMMI adalah mengadakan pelatihan bersertifikat, terutama di daerah – daerah yang rawan bencana. Sehingga ke depan semakin banyak anggota Mapala PTM yang memiliki sertifikat yang qualified. Dalam waktu dekat, SARMMI akan mengadakan pelatihan Nasional SAR bencana alam di Sumatra Barat. Yang jadi tuan rumah adalah Mapala Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat (UMSB).

“Potensi bencana di Sumatra Barat, sangat besar. Sementara skill SAR teman-teman kita di Sumatra masih tergolong rata-rata. Dengan pelatihan itu, diharapkan kualitas mereka kian mumpuni, sehingga siap menjadi pionir bila ada bencana di Sumatra, dan Mapala UMSB mampu menjadi tuan rumah bila SARMMI nantinya menggelar operasi skala besar yang melibatkan banyak Mapala PTM di Sumbar’, kata Ahyar.

Dalam pertemuan di Alpiniste itu, mantan Ketua Umum Mapala Alpiniste STIE Achmad Dahlan Jakarta, Eka Paldi mengaku telah mengetahui SARMMI sejak akan dideklarasikan di Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta, Desember tahun lalu

 “Karena sibuk di kegiatan Alpiniste, saya selaku Ketua Umum tidak bisa ke Solo’, kata Eka Paldi yang biasa dipanggil Oplak.

Menurut Oplak, SARMMI berdampak positif untuk Mapala di Muhammadiyah seluruh Indonesia. Dengan operasi SAR yang dikordinir SARMMI kekuatan Mapala Muhammadiyah menjadi tambah kokoh. Nama-nama Mapala yang ikut operasi tidak akan tenggelam, justru akan naik. Semua Mapala juga memiliki kesempatan yang sama untuk memimpin operasi SAR skala besar.

“Dengan operasi SAR bersama, silaturahmi kita dalam berbuat baik bakal kian erat. Ini bagus bagi kita Mapala di PTM yang kemana-mana mengemban dakwah Muhammadiyah’, lanjut Oplak.

Sependapat dengan Oplak, seorang pendiri Alpiniste, Darussalam, mengatakan sangat banyak manfaat positif berdirinya SARMMI bagi Mapala PTM se Indonesia. Atas dasar itulah,  Darussalam merencanakan menyediakan ruangan di kampus STIE AD yang bisa dipakai sebagai Sekretariat SARMMI untuk Mapala PTM di Rayon DKI, Banten, dan Jawa Barat.

“Membantu perkembangan SARMMI berarti kami turut berpartisipasi langsung membangun kemajuan sesama Mapala PTM. Sekretariat SARMMI berada di kampus STIE AD secara langsung juga akan membuat adik-adik saya terbiasa siaga, sigap dalam bertindak, dan gesit membangun komunikasi di cakupan yang luas”, lanjut Darussalam, senior Alpiniste pemegang Nomor Induk Anggota ALP-001.

“Saatnya kita bersatu dalam wadah yang menasional. Sehingga Mapala PTM menjadi kekuatan besar yang benar-benar diperhitungkan oleh siapapun”, demikian kata Darussalam. (AS)

Aidul Fitri : “Utamakan keselamatan, Ikuti Prosedur”

 aidul

“Jangan sampai muncul kekerasan di Mapala Muhammadiyah. Apalagi sampai merenggut korban jiwa”, demikian pesan anggota Hukum dan Advokasi SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia (SARMMI). Dr. Aidul Fitriciada Azhari SH. M.Hum.

Ditemui Sekretaris Umum SARMMI, Ahyar Hudoyo,  di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah di Jakarta (27/1). Aidul Fitriciada yang juga Ketua Komisi Yudisial menambahkan, dalam berkegiatan di Mapala, keselamatan dan prosedur standar tidak boleh diabaikan.

“Kegiatan SAR di Mapala sangat positif. Sekaligus menunjukan ke masyarakat bahwa pecinta alam peduli pada sesama manusia. Agar berjalan baik, dalam operasinya, SARMMI harus selalu mengutamakan keselamatan dan mengikuti standard operation prosedure’, demikian kata Aidul Fitri. (AS)