Tag: Banjir Bekasi

Tanggul Dua Sungai Jebol, SARMMI dan Stacia Evakuasi Korban Menggunakan Perahu Karet

 

Mengenaskan benar nasib warga desa Lenggahsari kecamatan Cabangbungin, Bekasi. Tanggul sungai Citarum dan tanggul sungai Ciherang jebol bersamaan. Sebanyak 17 RT dari sejumlah RT di desa Lenggahsari sontak terendam air setinggi pinggang orang dewasa. Ribuan warga mengungsi dalam kondisi basah tanpa bahan pangan memadai.

Demikian kata relawan kemanusiaan Stacia Univ. Muhammadiyah Jakarta, Tasol Agus Tersiantoro yang datang ke desa Lenggahsari bersama tiga anggota Stacia yakni Rifay Singgih. M. Junaedi, Nurdin Leasy serta relawan kemanusiaan SARMMI (SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia) dan tim dari PKD Mapala se-Jabodetabek (24/2/21)

“Sampai di sana kami bergabung ke posko kemanusiaan warga di masjid At Taqwa desa Lenggahsari, lalu melakukan water rescue untuk mengevakuasi warga menggunakan perahu karet yang kami bawa,” kata Tasol.

Evakuasi warga jelas Tasol, dilakukan berulang-ulang dari pagi hingga menjelang gelap. Warga dijemput dari rumah mereka yang terendam banjir lalu diangkut ke camp pengungsian di masjid At Taqwa.

Selain evakuasi mereka juga mendistribusikan kebutuhan dasar pengungsi yang diambil di desa Jaya Sakti.

“Untuk mengambil bahan pangan dan obat-obatan dari desa Jaya Sakti, kami naik perahu karet sejauh satu kilometer melintasi medan-medan banjir,” ujar Tasol.

Sementara itu dihubungi terpisah, ketua tim operasi kemanusiaan SARMMI untuk desa Lenggahsari, Seprian Nur Hidayatullah mengungkap, hingga hari kelima pasca banjir, perhatian pemerintah dan instansi terkait belum muncul. Padahal warga sangat berharap.

 

“Banjir menyebabkan perekonomian warga desa Lenggahsari lumpuh total. Warga kekurangan bahan bangan. Bantuan hanya datang dari relawan. Tapi jumlahnya masih jauh dari cukup,” jelas Seprian.

Warga tegas Seprian, sangat berharap ada perhatian dan bantuan dari pemerintah dan instansi yang terkait dengan masalah kebencanaan.

“Masalah di desa Lenggahsari adalah persoalan kemanusiaan. Sudah seharusnya persoalan ini menjadi prioritas pemerintah untuk segera diselesaikan secara cepat, menyeluruh dan tuntas,” pungkasnya. (Ahyar Stone/Mapala UMY-SARMMI)

Relawan SARMMI dan CAMP STIEMJ Dampingi Warga Desa Terisolir Karena Tanggul Sungai Citarum Jebol

Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur kabupaten Bekasi Jawa Barat, ternyata tak cuma membuat debit air di sungai Pacinan meluap, tapi menyebabkan pula tanggul sungai Citarum jebol. Akibatnya, sekitar 2500 jiwa warga kampung Kapek, desa Mekar Jaya, kecamatan Kedung Waringin Bekasi, harus mengungsi di tengah guyuran hujan deras. (21/2/21)

Warga kampung Kapek terpaksa mengungsi karena kampung mereka yang berada di dekat sungai Pacinan, direndam air setinggi sekitar satu meter.

Air berasal dari jebolnya tanggul sungai Citarum dan luapan sungai Pacinan yang merupakan anak sungai Citarum.

Akses keluar masuk kampung Kapek juga terendam banjir lebih dari satu meter. Lantaran jalan masuk tertutup genangan air, kampung Kapek terisolir.

“Kami kesulitan masuk kampung Kapek. Kami baru bisa sampai ke sana pada Selasa pagi,” demikian kata ketua tim operasi kemanusiaan SARMMI untuk kampung Kapek, M. Nur Alghifari (23/2/21)

Ditambahkan Alghifari, tim SARMMI (SAR Mapala Muhamadiyah Indonesia) masuk ke kampung Kapek bersama relawan CAMP STIE Muhammadiyah Jakarta yakni Akmal Fardila, Sulaiman Nurracham dan M Iqbal Firmansyah. Mereka kemudian mendirikan posko kemanusian guna mendampingi warga kampung Kapek.

“Saat kami tiba, kondisi warga kampung Kapek sangat mengenaskan. Pakaian mereka basah. Bahan pangan mereka rusak direndam air bercampur lumpur. Mereka juga krisis air bersih,” terang Alghifari.

Relawan SARMMI dan CAMP lantas membagikan kebutuhan dasar pengungsi berupa bahan pangan dan kebutuhan khusus balita. Mereka juga menyuplai air bersih yang diambil dari Mushola At Taqwa kampung Kapek.

“Seiring dengan air mulai surut, beberapa warga pulang ke rumah. Sebagian warga masih mengungsi di Masjid. Tapi warga yang sudah di rumah dan yang di pengungsian, sama-sama butuh air bersih. Kami pasok kebutuhan air bersih mereka,” papar Alghifari.

Senada dengan Alghifari, relawan CAMP Akmal Fardila menerangkan, semula mesin pompa air dihidupkan dengan daya dari genset. Karena listrik PLN sudah menyala, genset tak lagi dipakai. Hanya saja untuk kebutuhan mendatang, kampung Kapek perlu memiliki genset.

“Kampung Kapek rawan banjir. Tiap banjir listrik PLN mati. Untuk jaga-jaga agar kampung Kapek nantinya tidak krisis air bersih saat banjir, CAMP dan civitas akademika STIE Muhammadiyah Jakarta berupaya mencari genset untuk didonasikan sebagai inventaris kampung Kapek,” terang Akmal.

Dijelaskan pula oleh Akmal, selain berjuang mencari genset, mereka juga menggalang donasi guna membantu pangan warga kampung Kapek. Relawan SARMMI dan CAMP juga membersihkan masjid Jami desa Mekar Jaya dari lumpur bawaan banjir.

“Banjir tak mengurangi semangat warga untuk sholat jamaah di masjid Jami. Kami gotong royong bersama warga membersihkan, agar mereka secepatnya dapat lagi beribadah dengan baik,” pungkas Akmal.

Sebagai informasi, pada bencana banjir di Bekasi, SARMMI focus area di dua desar. Di kampung Kapek desa Mekar Jaya dan desa Lenggahsari, kecamatan Cabangbungin, Bekasi.

Di desa Lenggahsari, relawan SARMMI dan relawan Stacia Univ. Muhammadiyah Jakarta bersama pemuda masjid At Taqwa mendirikan posko kemanusiaan.

Selain turut mendistribusikan kebutuhan dasar pengungsi korban banjir, relawan SARMMI dan relawan Stacia menyelenggarakan water rescue yakni mencari dan mengevakuasi warga desa Lenggahsari menggunakan perahu karet. (Ahyar Stone/Mapala UMY)