Tag: Banjir

Di Bencana Longsor dan Banjir Pacitan Tim SARMMI Jalan Kaki Memasuki Dusun-dusun Terisolir

Penghujung November lalu, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, diguyur hujan amat deras selama berhari-hari. Selain menyebabkan banjir di beberapa sungai, tumpahan air dari langit itu menimbulkan retakan-retakan yang kemudian berubah menjadi bencana longsor di sejumlah tempat di Pacitan.

Kombinas banjir-longsor yang datang nyaris bersamaan, sempat membuat aktivitas ekonomi warga seantero Pacitan lumpuh total. Dikarenakan jaringan listrik dan komunikas terputus, jalanan tergenang air dengan ketinggian rata-rata sepinggang orang dewasa, tanggul jebol, sekolah diliburkan karena ruang-ruang kelas rusak, persawahan terendam banjir, dan beberapa rumah warga tertimpa longsor.

“Di satu sisi kami sangat sedih melihat situasi di Pacitan. Tetapi di sisi lain kami kagum dengan kemandirian warga disini. Karena pada saat tanggal darurat awal kejadian, sebagian lingkungan sudah dikondisikan secara mandiri oleh warga setempat dengan bergotong-royong terutama untuk membuka akses jalan dan fasilitas umum,” demikian kata kordinator operasi SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia (SARMMI) untuk bencana Pacitan, Edy Setyawan (7/12)

Selain Edy Setyawan dari Mapala Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Untuk operasi di Pacitan, SARMMI menurunkan Novia Reza Arisandi dan Triana Wulan dari Mapala UMY. Andriyansyah dan Romdon Ariwijaya dari Stacia Universitas Muhammadiyah Jakarta. Sweaib Laibe. Serta dua orang relawan yakni Rehwinda Naibaho dari KMPA Manunggal Bhawaba Institut Teknologi Indonesia. Nikadek Siska Dwi Diantari dari Mafesripala Universitas Sriwijaya Palembang.

Lebih jauh Edy Setyawan yang akrab disapa Bemo menjelaskan, akibat putusnya semua akses, tim rescue dan tim relawan yang hendak ke Pacitan menemui banyak kendala yang membuat mereka terhambat sampai ke titik-titik bencana. Pada fase darurat kebencanaan awal, wilayah Pacitan menjadi terisolir.

“Pada fase tanggap darurat awal yang bekerja di Pacitan hanya pihak setempat yaitu BPBD Pacitan, Basarnas, TNI dan Polri serta beberapa elemen lokal. Karena minimnya personil, sarana dan prasarana serta luasnya wilayah terdampak bencana, yang dilakukan baru sebatas evakuasi dan pertolongan pada daerah terdampak bencana. Pendataan luasan wilayah belum dilakukan samasekali oleh pihak-pihak setempat,” lanjut Bemo.

Tim SARMMI tiba di Pacitan pada dinihari 3 Desember 2017. Setelah mengikuti apel relawan di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan. Tim SARMMI bergebung dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Pacitan sebagai Posko Induk tanggap bencana Muhammadiyah. Selama di posko induk, Tim SARMMI bekerjasama dengan potensi dari MDMC. Kokam. HW. Pramuka, dan Karang Taruna setempat.

“Tim SARMMI sejak hari pertama fokus pada kerja-kerja assessment atau pendataan. SARMMI adalah tim pertama yang terjun langsung mendata berbagai kerusakan dan kerugian di bencana Pacitan ini,” ungkap Bemo yang pernah memimpin operasi SARMMI di gunung Semeru Jawa Tengah.

Sementara itu, Andriyansyah yang sehari-hari disapa Mandel, menceritakan, pada hari pertama, tim SARMMI fokus area di dusun Jaten Desa Karangnongko, Kecamatan Kebonagung. Jaten adalah dusun yang letaknya paling bawah. Medan yang dilalui lumayan sulit karena konturnya pegunungan dan terpencil. Area ini termasuk blankspot atau sulit sinyal selular. Selama pergerakan ke dusun Jaten, tim SARMMI lebih banyak jalan kaki.

“Tidak ada korban jiwa.Tetapi beberapa bangunan mengalami kerusakan berarti. Warga dusun Jaten memerlukan penerangan, obat-obatan, dan alat berat pembuka akses jalan. Menurut Kepala Dusun Jaten, bencana kali ini adalah yang paling parah selama 40 tahun terakhir,” papar Mandel.

Hari berikutnya lanjut Mandel yang pernah memimpin operasi SARMMI di bencana longsor Banjarnegara ,Jawa Tengah, tim SARMMI masuk ke Dusun Watuadeg. Karena letaknya di perbukitan yang terpencil, menuju dusun ini sangat sulit,dan tidak bisa diakses menggunakan kendaraan bermotor. Mendatangi dusun Watuadeg tim SARMMI sepenuhnya jalan kaki.

Kondisi dusun Watuadeg lanjut Mandel, lumayan parah. Sebaran longsoran yang menghantam desa ini mengenai kandang ternak, kebun buah-buahan, pemukiman, dan fasilitas umum seperti masjid, jalan, pos ronda, tiang listrik, dan lain-lain.

“Akibatnya beberapa rumah warga rumah tertimbun longsor. Tembok rumah warga lainnya retak-retak. Akses jalan terputus. Tidak ada penerangan. Warga takut ke kebun karena pekarangan, ladang, dan perbukitan banyak yang terbelah yang berpotensi menimbulkan longsoran baru” kata Mandel.

Selanjut Tim SARMMI memasuki dusun Tawang. Karena dusun ini tidak jauh dari dusun Watuadeg dan sama-sama berada di wilayah Kecamatan Karangnongko. Situasinya tidak jauh berbeda. Tim SARMMI juga sepenuhnya jalan kaki.

Bantuan yang sudah masuk adalah  sumur bor untuk kebutuhan air bersih. Kendati demikian warga dusun Tawang dan dusun Watuadeg tetap membutuhkan tim medis, obat-obatan, bahan makanan, keamanan, penerangan, dan upaya relokasi.

Semu data hasil assessment kami sampaikan ke pihak-pihak yang berkompeten untuk menindaklanjutinya. Setelah suasana mulai kondusif, tim SARMMI resmi menyudahi operasi pada 6 Desember 2017 ” kata Mandel.

Terhadap pilihan mendatangi dusun-susun yang sulit dijangkau, baik Bemo maupun Mandel. Sama-sama beralasan, di medan-medan seperti itulah tim SAR dari kalangan Mapala semestinya berada.

“Sebagai aktivis Mapala kami sudah dibiasakan untuk survive di medan yang terpencil, terjauh, tersulit, tersusah diakses, karena kami dari Muhammadiyah, dimanapun berada, kami tetap membawa semangat kepedulian khas Muhammadiyah. Hal inilah yang kemudian memotivasi kami menjadi tim pertama yang masuk ke beberapa dusun-dusun terisolir di bencana Pacitan ini,” demikian kata Bemo dan Mandel (Ahyar Stone)

 

Hujan Deras Usai Pilgub. Ciliwung Meluap. Camp STIEM Kirim Tim Siaga.

E1

Tidak seperti warga lainnya di Ibukota yang masih dilanda euforia pasca Pemilihan Gubernur Jakarta, warga kampung Pulo, Kampung Melayu, Jatinegara, harus lebih awal menyudahi suasana pesta demokrasi lima tahunan tersebut.

Hujan deras mulai mengguyur saat warga pulang dari TPS, dan sebagian sedang menonton hitung cepat (quick count) hasil Pilgub melalui televisi. Pukul sebelas malam, hujan tambah deras. Selokan di kampung Pulo yang dikenal sebagai daerah banjir tidak dapat menampung tumpahan air dari langit.

Kondisi itu diperparah dengan luapan air dari sungai Ciliwung yang letaknya hanya beberapa meter dari Kampung Pulo. Akibatnya,  sejak dinihari tadi Kampung Pulo beserta pemukiman – pemukiman di tepi Ciliwung, terendam air.

Untuk mengantisipasi segala kemungkinan, Camp STIE Muhammadiyah Jakarta, mengirim Tim Siaga guna memantau situasi banjir di Kampung Pulo dan sekitarnya. Tim ini beranggoakan Elis Farwati, Almuntahanah, Ahmad Fauzan, dan Firhan Saefa Jamil.

Turut bergabung dalam tim adalah dua orang anggota Unit Kegiatan Mahasiswa di STIE Muhammadiyah Jakarta. Masing-masing Rizki Ramadhan dari Tapak Suci (TS), serta Zulham Efendi dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)

27

Tim yang dipimpin Elis Farwati ini tiba di lokasi banjir sejak Kamis pagi (16/2). Tim akan berada disana hingga situasi dianggap kondusif.

Dari lokasi banjir, Elis mengabarkan,  ketinggian maksimal air mencapai pinggang orang dewasa. Transportasi terganggu. Tidak ada korban jiwa. Tidak ditemukan rumah rusak parah. Tim Siaga Camp juga tidak mendapati warga terserang penyakit akibat banjir. Kendati demikian, aktivitas perekonomian warga sempat lumpuh.

44

Diwartakan pula oleh Elis, menjelang sore, air berangsur-angsur surut. Warga langsung membersihkan rumah, dan memberesi peralatan elektronik yang rusak lantaran tidak sempat diselamatkan tatkala air masuk rumah. Beberapa toko kebutuhan sehari-hari terlihat mulai buka.

“Sambil bersih-bersih rumah, warga tetap waspada. Mendung pekat yang memayungi Ibukota, bisa saja tiba-tiba menjadi hujan deras, dan kembali menyebabkan banjir. Jika itu terjadi, aksi bersih-bersih mereka pasti bakal sia-sia”, demikian kata Elis yang juga merupakan Pengurus Pusat SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia. (AS)

Banjir Mulai Surut. Warga Pandeglang Butuh Bantuan Pangan

1

“Banjir yang sekarang melanda desa Teluk Lada sangat parah dibanding tahun-tahun sebelumnya”, demikian informasi dari tim operasi SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia, Azka Abdul Mujib, dari Teluk Lada. Kecamatan Sobang. Pandeglang (15/2)

Desa Teluk Lada, papar Azka, sebenarnya sudah menjadi pelanggang tetap banjir kiriman sungai Cileman. Hanya saja sekarang ini, desa yang dihuni lebih dari 900 jiwa ini benar-benar terendam air. Aktivitas warga lumpuh total.

Dilaporkan oleh Azka, akibat banjir “yang tidak biasanya” ini, selain Teluk Lada, desa-desa lain di Kecamatan Sobang juga terendam air muntahan sungai Cileman. Semua tempat terendam.

 “Di desa lain banjir mulai surut. Tetapi untuk Teluk Lada, belum”, lanjut Azka.

Akibat hujan turun dengan intensitas tinggi yang mengguyur Kabupaten Pandeglang pada 10 Februari lalu, sebelas kecamatan di Pandeglang terendam air. Ketinggian air mencapai setengah hingga satu meter.

SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia menurunkan dua SRU (Search Rescue Unit) secara bersamaan ke Pandeglang. Selain Azka yang memimpin kekuatan dari Mahesa Universitas Muhammadiyah Tangerang. Terdapat pula Cicih Handika yang memimpin pasukan dari Mapala Stacia Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Dilaporkan oleh Cicih dari desa Sukaresmi. Kecamatan Sukaresmi, terdapat lebih dari 32 desa terdampak banjir di wilayah kecamatan Sukaresmi. 14 diantaranya paling parah.

“Tidak ada korban jiwa di Sukaresmi. Tetapi banjir telah mengakibatkan ratusan hektar sawah gagal panen. Infrastrukutr banyak yang tidak berfungsi. Selain itu, perabot milik warga banyak yang rusak. Beberapa rumah roboh”, ujar Cicih menjelaskan.

“Sekarang yang dibutuhkan warga adalah bahan pangan, air bersih, makanan bayi, seragam sekolah anak-anak, alat kebersihan, dan peralatan dapur, dan bantuan kesehatan”, lanjut cicih mengabarkan kebutuhan warga.

2

Sama halnya dengan Cicih, Azka juga melaporkan, warga desa Teluk Lada, dan desa-desa tetangga juga membutuhkan bantuan medis, dan kebutuhan sehari-hari berupa pangan, air, perlengkapan bayi dan anak-anak, serta alat-alat masak dan kebersihan.

Sejak SRU diberangkatkan ke Pandeglang, kantor pusat SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia di Solo, telah menggalang bantuan. Baik berupa donasi tunai, maupun barang kebutuhan warga.

“ Bantuan langsung dikirim ke lokasi SRU berada. Walaupun tidak banyak, namun cukup meringankan beban korban banjir”, begitu kata Bendahara Umum  SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia, Aris Munandar di Solo (Ahyar Stone)

Gerak Cepat Stacia Ke Banjir Pandeglang

IMG-20170212-WA0004

Bencana alam dapat terjadi kapan, dan dimana saja. Tim SAR yang baik adalah yang senantiasa mampu memberikan reaksi cepat terhadap semua bencana alam yang terjadi.

Sadar dituasi demikian, Ketua Umum Mapala Stacia Universitas MuhammadiyahJakarta (UMJ), Arif Pranoto, beberapa saat usai mendengar kabar terjadi banjir disertai longsor di 11 kecamatan di kabupaten Pandeglang. Banten. Langsung menggelar rapat kilat dewan pengurusnya.

Dari rapat mendadak yang dilangsungkan di Sekretariat STACIA UMJ. Cirendeu. Ciputat. (11/2) didapat kesimpulan : Stacia UMJ akan mengirim tim ke lokas bencana. Sejurus kemudian Arif Pranoto menghubungi pengurus Pusat SAR Mapala Muhammadiyah  Indonesia yang berada di Solo. Jawa Tengah.

Kepada Ketua Divisi Operasional SAR Mapala Muhammadiyah  Indonesia, Wawan Siswoyo, Arif Pranoto menyampaikan, Stacia  UMJ akan mengirim dua anggotanya. Cicih Handika selaku kordiantor, dan Windi Marwati.

IMG-20170212-WA0003

“Mereka yang mewakili Stacia UMJ menjadi tim pionir SAR Mapala Muhammadiyah  Indonesia. Fokus area-nya di kecamatan Sukaresmi. Pandeglang”, terang Arif Pranoto.

Oleh Wawan Siswoyo, pergerakan cepat Stacia UMJ, diinformasikan secara terbuka ke beberapa Mapala Perguruan Tinggi Muhammadiyah di seputaran DKI dan Tangerang. Gayung bersambut. Seorang senior Mahesa Universitas Muhammadiyah Tangerang, Kusnaedi, mengabarkan Mahesa akan memberangkatkan seorang anggotanya, Azka Abdul Mujib.

Mapala Alpiniste STIE Acmad Dahlan,  akan mengirim anggotanya mengikuti operasi SAR gabungan ini.

 “Seperti Mahesa, anggota Alpiniste yang ke lapangan akan berkordinasi dengan Stacia”, kata mantan Ketua Alpiniste, Eka Paldi mengabarkan.

Rencananya, tim gabungan yang dipimpin Cicih Handika, akan bekerja mulai 12 hingga 18 Februari 2017. Selain untu pencarian dan penyelamatan, tim juga akan melakukan pengumpulan data (assesmen).

Data yang didapat, akan dihimpun Pengurus Pusat SAR Mapala Muhammadiyah  Indonesia. Kemudian dibagikan ke masyarakat umum melalui media sosial.

Terhadap gerak cepatnya, Arif Pranoto menerangkan, Ini sesuai dengan visi SAR Mapala Muhammadiyah  Indonesia sebagai garda depan Muhammadiyah. “Agar Muhammadiyah senantiasa hadir di secepatnya untuk memberikan solusi di setiap masalah kemanusiaan di tanah air”, demikian kata Arif Pranoto.

CAMP Gelar Edukasi Bencana “Don’t natural disaster

Hingga hari ini beberapa titik di Jakarta masih langganan banjir. Sayangnya tidak semua warga Ibukota memahami cara yang baik dan benar menyelamatkan korban banjir.

Sadar situasi itu, Civitas Academica Muhammadiyah Pecinta Alam (CAMP) STIE Muhammadiyah Jakarta bekerjasama dengan Badan SAR Nasional (BASARNAS), gerak cepat mengedukasi warga melalui seminar penanggulangan bencana berthema, “Don’t natural disaster continues’.

Hadir sebagai pembicara di acara yang diselenggarakan di Aula Serba Guna Kampus II STIE Muhammadiyah Jakarta, 4 Februari 2017, adalah Sony Maulan SH. Ahmad Nur Iman, dan Lesmana Fajar Ginting.

MUn CAMP 1

Dihadapan peserta seminar yang berasal dari kalangan Mapala, Sispala, PMR. Hizbul Wathan, serta penggiat kebencanaan, ketiga pakar diatas bergantian menyampaikan konsep pengurangan bencana, tindakan pertolongan pada tanggap siaga bencana sesuai kapasitas dan teknik membawa korban secara baik dan benar, serta hal lain yang terkait dengan teknik Search and Rescue (SAR)

Dengan mengikuti seminar ini, kata ketua panitia seminar, Almumtahanan, diharapkan tumbuh sikap peduli yang kuat terhadap sesama, terutama dalam menghadapi bencana alam yang terjadi di sekitar kita. (Elis Farwati)