Kami dari SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia, bersama HW UMS, membangun posko relawan gempa Lombok di desa Segara Katon.
Desa rata dengan tanah itu terletak di Kec. Gangga. Kab. Lombok Utara.
Kami fokus area disana karena : desa segara katon jauh dari kota, relatif sukar diakses, tidak ada penerangan, jaringan air bersih terputus, mengalami kerusakan total, dan blm ada tim relawan yg masuk.
Sebagai garda depan Muhammadiyah di setiap bencana alam, kami memang senantiasa mencari daerah seperti itu.
Lalu tinggal dan hidup membaur bersama warga korban bencana alam di pengungsian.
Selain memberikan edukasi kebecanaan kepada warga, di desa ini kami juga :
Melakukan pemutahiran data (assesmen), membuka posko layanan medis 24 jam, memberikan bantuan kebutuhan dasar, mendirikan emergency toilet, dan membagikan alat pertukangan seperti gergaji, linggis kecil, palu dan paku berbagai ukuran.
Setlh alat tukang diberikan, kami juga mulai mengajak masyarakat gotong royong membersihkan puing rumahnya, lalu mendirikan hunian darurat yg bahannya dari sisa rumah yang hancur.
Hal ini dilakukan karena sejak hari pertama gempa, warga tinggal di tenda yg terbuat dari terpal. Gerah bila siang, dingin bila malam karena tendanya tdk berpintu.
Parahnya lagi, saat angin bertiup, debu juga terbang. Ini berbahaya bagi kesehatan mereka karena lahan pengungsian ini bekas kandang sapi.
Pekerjaan membuat hunian darurat, sayangnya blm bisa maksimal karena alat pertukangan yg dibutuhkan masih sangat kurang.
Kemudian kami berencana mengadakan trauma healing, mendirikan kompok belajar darurat, dan pengajian untuk anak-anak.
Selama disini, kami juga menghubungi tim relawan lain yg berada di lombok, dan mengajak mereka untuk sama-sama membantu warga terisolir yg masih minim bantuan ini.
Syukurlah, tadi ada sekelompok dokter dari makasar kesini merespon komunikasi kami, menjahit luka warga yg tertimpa puing, dan pengobatan penyakit lainnya akibat gempa lombok 7 SR ini.
Beberapa relawan juga sudah menghubungi kami, dan berencana kesini.
Jika anda terlambat membaca pesan ini , lalu membalasnya tapi saya tidak membalas balik dg cepat, mohon dimaklumi. Disini kami hanya mengandalkan power bank tenaga matahari untuk menghidupkan HP, lalu bergeser sejauh 5 km dari posko kami untuk mencari sinyal.
Terima kasih telah membaca pesan ini. Percayalah, berada dan tinggal bersama warga korban bencana di daerah terisolir yg semuanya serba terbatas, tidak membuat kami menderita.
Kami sangat bersemangat berada disini, dan selalu memiliki motivasi kuat untuk meringankan beban derita hampir seribu warga disini.
Semua itu tentu berkat doa dan dukungan dari anda juga yg membaca pesan saya ini. Kami berterima kasih. Tuhan pasti membalas kebaikan anda.
_”Daerah bencana bukan tempatku meraih prestasi. Tetapi tempat dimana aku melaksanakan ajaran agamaku”_ (Ahyar Stone)