Tangguh menghadapi keterbatasan, penuh semangat kebersamaan, cinta tanah air, dan senantiasa menjaga nama baik Muhammadiyah dimanapun berada, merupakan karakter khas anggota Mapala UMSB. Demikian kata Pembantu Rektor 3 Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat (UMSB), Ir. Haryadi, M. Eng. Dalam sambutannya di acara pelepasan peserta pendidikan dasar (Diklatsar) Mapala UMSB ke 14, di halaman gedung Pasca Sarjana UMSB. (27/2)
Turut hadir dalam acara adalah tiga pengurus Pusat SAR Mapala Muhammadiyah. Masing – masing Ahyar Hudoyo, Wawan Siswoyo, Ipo Eigha. Para instruktur Pendidikan Dasar. Pengurus Mapala UMSB, dan tamu undangan dari Unit Resimen Mahasiswa, Tapak Suci, Unit Seni, serta unit kemahasiswaan lain di UMSB.
Di kegiatan pecinta alam, lanjut Haryadi, terdapat banyak pelajaran yang bermanfaat bagi mahasiswa. Umpamanya dalam Diklatsar, peserta akan belajar manajemen diri sendiri, yaitu meningkatkan kemampuan mengelola kehidupan pribadi untuk menggapai cita-cita. Belajar berorganisasi secara baik dan tepat, belajar mengembangkan sikap percaya diri, serta belajar untuk senantiasa bersyukur pada Sang Maha Pencipta.
“Mengikuti Mapala, berarti belajar hal-hal positif, dan sekaligus mengimplemantasikannya di kehidupan sehari – hari, baik kampus maupun di masyarakat. Saya ucapkan selamat kepada peserta Diklatsar, karena telah memilih Mapala sebagai ajang mengembangkan potensi diri “, kata Haryadi.
Kepada peserta Diklatsar, Haryadi juga berpesan, agar dimanapun berada harus berperilaku sebagaimana layaknya kader Muhammadiyah.
Setelah Diklatsar ananda semua, kata haryadi menyebut ananda bagi peserta Diklatsar, akan menjadi anggota Mapala. Dengan begitu ananda memiliki kewajiban untuk menjunjung tinggi nama baik Muhammadiyah. Di gunung yang sepi, atau di tengah keramaian, ananda harus tetap menunjukan perilaku Muhammadiyah, sebagaimana yang dicontohkan senior kalian di Mapala”, pesan Haryadi.
Usai acara pelepasan, peserta langsung longmarch (jalan jauh) dari kampus menuju hutan Sungai Banget. Koto Tangah. Padang. Menurut ketua Mapala UMSB. Ahmad Haryono. Kawasan hutan bertipe sekunder itu dipilih sebagai lokasi materi lapangan pendidikan dasar, karena ada sungai , banyak tumbuhan yang dapat dimakan, namun tidak ada hewan berbahaya.
Setelah masuk hutan, peserta mendirikan bivouc, atau membuat tempat bermalam dari bahan seadanya tanpa merusak lingkungan hutan. Materi bivouc, kata Haryono, mengajarkan nilai kebersamaan, kreativitas, pantang mengeluh, serta pentingnya berpikir positif dalam segala situasi.
Hari berikutnya peserta akan diberi materi navigasi darat, cara bertahan hidup atau survival, dan materi lain di kegiatan pecinta alam. Selain itu, diberikan pula materi keagamaan yang meliputi teknik mengetahui arah kiblat dengan memanfaatkan tumbuhan hutan, cara berwudhu jika air terbatas, serta sholat dalam kondisi darurat.
“Peserta akan berada di hutan selama enam hari. Selama itu pula mereka tetap menjalankan sholat lima waktu. Nanti, setelah pulang ke rumah, meraka pasti akan tetap rajin sholat. Karena mereka telah membuktikan pada diri sendiri. Mereka mampu menjaga ibadah walaupun dalam kondisi terbatas dan serba berat. Apalagi jika ibadah di rumah yang serba nyaman. Sholat pasti terasa ringan dilakukan”, demikian kata Haryono. (Ahyar Stone)